Tuesday, March 27, 2012

PELUANG USAHA BUDIDAYA MAS KOKI


Para pecinta ikan hias pasti tidak asing lagi dengan ikan koki ( Carassius auratus ). Keunikan dan kelucuan penampilanya, yang tidak dmiliki ikan hias lain, membuat koki senantiasa enak dilihat. Bagi penggemar ikan hias, kegenitan gerakan, keunikan bentuk, dan keindahan warnanya dapat menjadi pemuas batin.

A. Peluang Pasar
            Koki tergolong ikan hias yang selalu digemari oleh pecinta ikan hias. Keanekaragaman jenis dengan ciri khas masing-masing menjadikan koki selalu diminati pasar dan tidak tenggelam mesti muncul ikan hias jenis lain. Jika kita amati lebih jauh, beberapa jenis ikan hias bersifat temporer, artinya ikan tersebut mengalami pasang surut. Untuk priode tertentu, ikan tersebut dicari orang hingga harganya membumbung tinggi jauh dari harga normal. Namun, untuk priode berikutnya, jangan keberadaanya dipasar ikan hias, namanya pun sudah jarang disebut.
            Koki pun tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai ikan pengisi aquarium air tawar. Ikan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai pengisi kolam kecil di taman. Keunikan tiap jenis ini yang membuat koki semakin diminati untuk dikoleksi oleh para hobis, setiap permintaan koki tidak pernah pasang surut. Para peternak yang sudah menggeluti budidaya koki selama bertahun-tahun tetap bertahan karna alasan permintaan pasa. Hal ini terbukti dengan kenyataan di lapangan. Begitu koki mendekati masa panen, banyak pembeli yang memesan, belum lagi untuk koki kualitas lomba.
            Di indonesia, daerah penghasil koki yang mendominasi pasar adalah Tulungagung. Setiap tahun produksi koki Tulungagung dapat mencapsi 20 juta ekor dengan omset tak kurang dari Rp 10 miliar. Koki dari tulungagungbaru meliputi pasar domestik. Hingga kini pedagang koki dari tulungagung belum ada yang mengekspor kokinya. Namun beberapa peternak mendengar koki dari tulungagung banyak di ekspor ke Malaysia, Singapura, dan jepang. Kegiatan ekspor ke mancanegara itu mungkin saja dilakukan oleh pedagang dari jakart. Dari kenyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pasar ekspor masih terbuka lebar asal ditunjang oleh kualitas koki yang baik, sebagai salah satu persyaratan ekspor.

B. Peluang Usaha
            Bagi para peminatnya, asalkan dilandasi hasrat yang kuat ditunjang oleh hobi, budi daya koki bakal mendatangkan keberhasilan yang diinginkan. Kunci utama budidaya koki adalah keuletan dan ketangguhan dalam pengelolaanya. Banyak peternak yang membongkar kolamnya atau beralih ke jenis ikan lain karna kurang sabar dan ulet dalam menghadapi fungtuasi pasar. Karena koki dari bermacam-macam jenis, dalam membudidayakanya harus diawali melihat pasar, yaitu dengan melihat koki jenis apa yang sedang diminati dan bagai mana persediaan dipasar. Dengan begitu, dapat ditentukan kapan mengerem dan memacu produksi koki harus dilakukan.
            Beternak koki memang menguntungkan jika ditinjau dari angka rupiah. Anakan koki umur 18-20 hari dari hasil pemijahan induk sudah laku dijual Rp 40-50. dalam waktu 20 hari kemudian, induk sudah siap memijah dan menghasilkan benih lagi. Setelah dibesarkan selama 2 bulan itu tergolong murah. Untuk perawatan 10.000 ekor hanya dibutuhkan biaya kurang lebih Rp 1000.000. artinya, biaya yang dibutuhkan hanya sekitar 5-10 % dari perkiraan. Jika ukuran koki sudah mencapai kualifikasi kontes, harga tidak hanya berkisar ratusan ribu tetapi sudah puluhan ribu. Bahkan untuk jenis-jenis tertentu dapat mencapai harga ratusan ribu per ekor. Keuntungan akan didapat bila menjual koki yang sudah dibesarkan. Koki yang tidak lolos penyortiran juga dijual, hasil dapat dipakai untuk menutup biaya pembelian pakan. Dengan cara ini, pengeluaran biaya pemeliharaan dapat ditekan.
           
C. Klasifikasi dan Morfologi Koki
            Koki mempunyai badan pendek, gempal, dan bulat. Pada beberapa jenis, bagian kepala dan pipi ditumbuhi oleh daging yang menebal, matanya besar dan lebar, tetapi iris matanya tidak dapat membuka dan menutup. Lensa mata tidak dapat berkontraksi luas sehingga pandangan matanya dekat dan terbatas hal ini koki hanya mengandalkan penciumanya dalam mencari makanan. Bentuk mata koki khas sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi setiap jenis koki. Indra penciumanya terdapat pada lubang hidung yang berbentuk sangat sederhana, dibagian dalam hidung inilah terdapat indra tunas pembau yang tidak berhubungan sama sekali dengan organ pernapasan. Organ pernapasanya adalah lembaran insang yang dilindungi oleh tutup insang ( operculum ) disamping tubuhnya.
            Pada umumnya koki mempunyai lima sirip,yaitu ; sirip dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip dubur (anal fin), sirip ekor (caudal fin ), dan sirip punggung ( dorsal fin ). Tetapi beberapa jenis koki tidak memiliki sirip punggung seperti, Lion head dan Celestial. Sirip kokimempunyai fungsi sebagai alat keseimbangan dan alat gerak dibantu oleh otot tubuh dan otot ekor. Sirip perut dan sirip dada bekerja sama dengan gelembung udara berfungsi sebagai pengontrol gerak keatas dan kebawah sementara itu, sirip punggung dan sirip ekor yang berdekatan dengan lubang kelamin berfungsi untuk menjaga menjaga agar tubuh tidak berguling ke samping.
            Di sisi tubuh koki terdapat gurat sisi yang berfungsi sebagai indra arus. Gurat sisi terletak dibawa sisik perut koki yang memanjang dari tutup insang hingga pangkal ekor . umumnya warna sisik koki adalah merah, metalik, dan kekuning-kuningan, hijau kehitam-hitaman, atau gabungan dari warna-warna itu.Warna ini ditentukan oleh banyak sedikitnya pigmen quanin yang terkandung didalam sisik koki. Pembentukan quanin ini dipengaruhi oleh faktor genesis, lingkungan hidup, jenis makanan, dan kebersihan lingkungan.
           
Taksonomi koki sebagai berikut yaitu :

Kelas               Osteichthyes
Ordo                Cypriniformes
Subordo          Cyprinoidea
Famili              Cyprinidae
Genus              Carassius
Spesies            Carassius auratus




            Koki jantan dan betina memiliki ciri fisik yang berbeda. Mengetahui jenis kelamin induk sangat dibutuhkan ketelitian, membedakan kelamin koki dapat dilakukan hanya dengan melihat saja, meraba atau memegang, dan memencet sedikit perutnya. Namun untuk memastikannya cara-cara diatas dapat digabungkan untuk lebih jelasnya ciri-ciri koki jantan dan betina sebagai berikut :

Koki jantan.
·         Warna dominan dan mencolok
·         Gerakan gesit atau lincah
·         Tubuh ramping atau panjang
·         Tutup insang kasar
·         Sirip dada kasar dan ada bintik-bintik putih jika diraba akan terasa kasar; bintik-bintik putih ini akan keluar mulai umur 4 bulan
·         Dengan sedikit memijat perut dari lubang pengeluaranya ( urogenital ) keluar cairan seperti santan atau susu 
          
Koki betina.
·         Warna kabur
·         Gerakan lamban
·         Tubuh gendut, punggungnya agak melengkung, ukurannya agak pendek, dan perutnya lebih besar
·         Tutup insang halus
·         Sirip dada halus dan polos, lebih pendek
·         Dengan sedikit memijat perut keluar cairan berwarna kuning bening

D. Persiapan kolam
            Kolam pemijahan berukuran 1 x 4 m Fungsinya untuk mempertemukan induk jantan dan betina yang telah siap memijah. Sebelum melakukan pemijahan, telebih dahulu kolam ini dibersihkan dari kotoran dan lumut. Kemudian kolam dikeringkan dan dijemur selama 2-3 hari untuk mematikan bibit penyakit yang ada dikolam pemijahan, selain itu pejemuran akan air terasa segar dan hangat ketika dimasukkan kedalam kolam. Air dimasukkan kedalam kolam hingga ketinggian kurang lebih 20-25 cm. Pada ketinggian itu seluruh air kolam akan mendapat sinar matahari yang cukup,sehingga suhu air tetap hangat. Proses pemijahan dan penetasan telur lebih sempurna padda suhu yang hangat.Air tersebut perlu dibiarkan dahulu sehari ( harus terkena sinar matahari ) Semalam diudara terbuka untuk menghilangkan gas-gas beracun dan mengendapkan kotoran.
            Setelah itu perlu dimasukkan tanaman air yang berfungsi sebagai suftrat penempelan telur koki. Ada beberapa tanaman air yang dapat dipilih, syarat tanaman tersebut harus menggantung didalam air, panjang, lentur, dan lembek. Tanaman yang sering dipakai adalah Eicchornia crassipes ( enceng gondok ), Hydrilla Verticilliata ( ganggang air ), atau Cambomba caroliana. Dari ketiga tanaman ini ganggang air lebih sering di manfaatkan karena koki lebih menyukainya sebagai suftrat sehingga lebih mudah memijah. Anyaman rafia ( tali plastik ) juga dapat digunakan jika ketiga tanaman tersebut susah untuk didapat.

E. Persiapan  Bakalan Induk
            Faktor terpenting dalam memijahkan koki adalah induk yang akan dipijahkan harus berkualitas. Karena kualitas benih yang dihasilkan sangat berpengaruh pada kualitas induknya. Akan sia-sia usaha pemijahan yang dilakukan jika ternyata kualitas koki tidak sesuai dengan biaya pemeliharaannya. Cara memilih koki induk tidak segampann dengan pemeliharaanya , setiap strain memiliki parameternya sendiri meskipun dalam beberapa hal ada kesamaan.
            Setelah koki berumur 6-7 bulan pemijahan dapat mulai dilakukan. Sebelum memijahkan koki, perhatikan ciri-ciri bakalan induk jantan dan betina. Ciri koki jantan yang sudah siap memijah adalah sudah saling kejar dan menggangu koki lainya, ciri kedua adalah sudah keluarnya cairan mani berwarna putih seperti santan atau susu dari lubang pengeluaranya, cairan ini akan keluar jika perut diurut ke arah lubang pengeluaran keluar cairan ini merupakan pertanda bahwa sel kelamin koki telah matang sehingga siap dipijahkan.
            Ciri koki betina yang siap pijah adalah perutnya terasa lembek saat diraba, jika perut koki terasa keras berarti telur koki belum matang, ciri lain perut koki akan tampak membesar, lubang kelamin membengkak dan berwarna kemerahan serta telur akan mudah keluar jika perut koki sedikit di tekan.

F. Proses Pemijahan
            Setelah kolam pemijahan siap digunakan dan bakalan indukdipilih, pindahkan bakalan induk kedalam kolam pemijahan. Pemindahan induk ini sebaiknya dilakukan pada sore hari karena pada malam hari koki jantan akan mengejar koki betina sambil sekali-kali menyentuh bagian belakang betina. Jika kondisi demikian terjadi itu pemijahan akan terjadi. Pada pagi hari koki betina akan membalikkan badannyasambil melepaskan telur,sedangkan koki jantan segera melepaskan seperma untuk membuahi. Telur koki bersifat adhetif yaitu akan mudah menempel pada benda lain yang telah disediakan sebagai suftrat pelekatan telur
            Jika koki jantan tidak mengejar koki betina lagi suftrat perlu diperiksa untuk memastikan apakah pemijahan sudah menghasilkan telur atau belum, kepastian pemijahan juga dapat diketahui dengan meraba perut koki betina jika perut telah kosong bearti pemijahan telah selesai. Telur yang dihasilkan satu pasang koki dapat mencapai 1.000- 2.000 butir, bahkan koki tosa dan black moor dapat mencapai hingga 8.000 butir.

G. Penetasan Telur
            Dalam waktu 3-4 hari telur akan menetas menjadi burayak. Penetasan ini tergantung pada suhu air semakin hangat air semakin cepat telur menetas. Telur yang tidak menetas baik yang menempel di suftrat maupun di dasar kolam segera di buang karena dapat mempengaruhi kualitas air sehingga mengurangi pasokan oksigen dan menjadi sarang penyakit.
            Setelah berumur 6 hari, burayak tidak perlu diperi pakan karena masih mempunyai  cadangan makanan dalam kantung kuning telurnya. Setelah itu barulah burayak diberi pakan kutu air. Selain pakan ini dapat juga diberi pakan yang lain yang sesuai dengan bukaan mulut burayak, kuning telur juga bagus untuk burayak.


H. Pendederan
            Setelah koki berumur 2 minggu, benih koki dipindahkan dari kolam pemijahan ke kolam pendederan. Untuk satu kolam pendederan berukuran 4 x 4,jumlah populasi yang bisa dimasukkan sebanyak 1.000 ekor koki, didalam kolam pendederan koki mulai diberi pakan cacing sutra ( Tubifex sp ) yang disaring dengan saringan berdiameter 0,5 mm. Pemberian cacing sutra ini berguna untuk menggemukan dan memacu pertumbuhan koki. Setelah berumur 20 hari sebagian benih koki sudah dapat dijual kepasar untuk dibesarkan peternak lain. Hasil penjualan dapat digunakan untuk pembelian pakan koki yang akan kita besarkan.


ANALISIS USAHA BUDIDAYA KOKI

A. Asumsi
  1. Usaha dimulai dari pembibitan sendiri dan perhitungan dilakukan untuk satu siklus produksi
  2. Perhitungan usaha dilakukan sampai dengan pemanenan koki berumur 6 bulan.
  3. Pemeliharaan koki dilakukan dalam 4 jenis kolam yang masing-masing berukuran 1 x 4 m, 4 x 24 m, dan 2 kolam berukuran 4 x 6 m.
  4. semua jenis pakan diperoleh dengan membeli.
  5. Proses budidaya koki yang dilakukan bersifat normal.
  6. Setelah menetas dan mengalami seleksi alam, telur koki yang berhasil menjadi burayak untuk setiap pasang induk sebanyak 1500 buah.

B. Analisis Usaha

a. Investasi
  1. Biaya pembuatan kolam                                  Rp       3000.000
( Usia ekonomis 10 tahun )
  1. Pompa air                                                        Rp       7000.000
( Usia ekonomis 5 tahun )
  1. Pembelian peralatan lengkap                           Rp       1000.000
( Usia ekonomis 2 tahun )
  1. Pembelian 4 pasang induk koki                      Rp         400.000
( Usia ekonomis 4 tahun )                              ________________

Total    Rp     11.400.000                   









b. Biaya tetap
1.   Penyusutan kolam                                           Rp            150.000
      ( Rp 3000.000 : 10 : 2 )
2.   Penyusutan pompa air                                     Rp            700.000
      ( Rp 7000.000 : 5 : 2 )
3.   Penyusutan perlengkapan                               Rp            250.000
      ( Rp 1000.000 : 2 : 2 )
4.   Penyusutan induk                                           Rp              50.000
      ( Rp 400.000 : 4 :2 )                                    
                                                                              __________________
     
                                           Total                           Rp          1.150.000

c. Biaya tidak tetap.
1.   Pembelian pakan                                             Rp           1000.000
2.   Bahan bakar                                                    Rp              100.000
3.   Obat-obatan                                                    Rp             200.000
                                                                              _________________
                                            Total                          Rp           1.300.000

d. Biaya produksi
           
            = Biaya tidak tetap + Biaya tetap
            = Rp 1.300.000 + Rp 1.150.000
            = Rp 2.450.000

e. Hasil usaha
      1. Penjualan koki umur 20 hari
          ( 3.000 ekor x Rp 40 )                                       Rp            120.000
      2. Penjualan koki umur 2 bulan
          ( 1.000 ekor x Rp 700 )                                     Rp            700.000
      3. Penjualan koki umur 3 bulan
          ( 1000 ekor x Rp 2.000 )                                   Rp          2.000.000
      4. Penjualan koki umur 4 bulan                            
           ( 1.000 ekor x Rp 5.000 )                                 Rp         5.000.000
                                                                                    ________________
                                                            Total               Rp          7.820.000

f. Keuntungan

            = Hasil usaha – biaya produksi
            = Rp 7.820.000 + Rp 2.450.000
            = Rp 5.370.000



g. Jangka Waktu Pengembalian Modal
            = [ ( Investasi + Biaya produksi ) : keuntungan ] x lama siklus
            = [ ( Rp 11.400.000 + Rp 2.450.000 ) : Rp 5.370.000 ] x 6 bulan
            = 15,5 bulan ( 3 siklus pemeliharaan )
           
            Artinya modal akan kembali setelah dilakukan budidaya selama kurang lebih 3 siklus pemeliharaan

h. Benefit Cost Ratio
            = Hasil usaha : Biaya produksi
            = Rp 7.820.000 : Rp 2.450.000
            = 3,2

            Artinya hasil usaha yang diterima setelah satu siklus pemeliharaan adalah sebesar 3,2 kali dari biaya produksi yang telah dikeluarkan.

i. BEP ( Break Event Point )
            = Biaya tetap : ( 1- biaya tidak tetap : Hasil Usaha )
            = Rp 1.150.000 : ( 1- Rp 1.300.000 : Rp 7.820.000 )
            = Rp 1.385.542,17

            Artinya usaha budidaya koki tidak rugi dan tidak untung  ( impas ) saat dihasilkan pendapatan sebesar Rp 1.385.542,17 Dari penjualan tiap siklus

2 comments: