Tuesday, March 27, 2012

PEMBENIHAN LOBSTER AIR TAWAR


Keberadaan Cherax air tawar belum banyak diketahui. Jenis ini merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, tetapi sampai saat ini belum dibudidayakan secara intensif. Upaya pembudidayaan pernah dilakukan oleh LIPI dan BPPT,pada tahun 1981 sampai tahun 1985, akan tetapi tidak diperoleh rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan pembudidayaan Cherax air tawar secara terkontrol ( aquacultur ). Kegagalan LIPI dan BPPT tidak memadamkan semangat penulis untuk terus melakukan pembudidayaan yang akhirnya pada bulan juni 2002,berhasil memijahkan Cherax dalam skala rumah tangga ( back yard ). Keadaan ini terus memacu semangat untuk melakukan ujicoba dikolam-kolam tanah. Upaya pembudidayaan Cherax perlu diimbanggi dengan informasi yang memadai mengenai tehnik pembudidayaan karena belum banyak tulisan yang mengulas pembudidayaan lobster di indonesia. Kondisi tentang kurang informasi terutama literatur mengenai jenis lobster di indonesia

A. Taksonomi
            Klasifikasi Cherax menurut Holthuis ( 1950 ) adalah sebagai berikut :

            Filum                           : Arthropoda
            Subfilum                     : Mandibulata
            Kelas                           : Crustacea
            Subkelas                      : Malacostraca
            Serie                            : Eumalacostraca
            Super-ordo                  : Eucarida
            Ordo                            : Decapoda
            Subordo                      : Reptantia
            Seksi                            : Macrura
            Famili                          : Parastacidae
            Genus                          : Cherax
            Spesies                        : C. Comunis, C.monticola
                                                  C. Tenuimanus, C. Lorentzi
                                                  C. papuana, C. Destructor
                                                  C. wasselli

B. Morfologi
            Seperti halnya Crayfiss lainnya, Cerax sp. Memiliki susunan morfologi yang terdiri dari 3 segmen utama yaitu : kepala-dada ( chepalothorax ), badan ( abdomen, dan bagian ekor ( telsom ). Secara lengkap susunan morfologi cerax sebagai berikut

1. Kepala - dada
            Pada bagian kepala- dada terdapat rangka penutup kepala berupa kul;it tebal yang tersusun dari bahan berupa kapur ( chitin ) dengan bahan utama Calcium carbonate yang disenut carapace. Diujung depan carapace terdapat tonjolan memanjang kearah depan yang disebut rostrum. Rostrum merupakan salah satu bagian yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam melakukan identifikasi jenis udang-udangan
2. Badan ( abdomen )
            Abdomen merupakan bagian tubuh antara Chepalothorax dan telson. Pada cherax abdomen tertutup kulit keras dan terdiri dari 5 segmen. Keseluruhan segmen dikenal dengan pleura yang susunanya ke arah telson menyerupai susunan genteng. Pada bagian abdomen terdapat kaki renang  (pleopoda ) yang strukturnya berupa selaput tipis. Selain untuk berenang pleopoda juga berfungsi sebagai melekatkan telur pada cherax betina

3. Ekor ( telsom )
            Telsom merupakan bagian paling belakang dari tubuh cherax. Secara keseluruhan bagian ekor terdiri dari dua, yaitu 1 helai telson dan 4 helai uropoda ( ekor kipas ) . keseluruhan bagian telson berguna untuk berenang dan bergerak

C. Jenis kelamin
            Untuk mengetehui jenis kelamin cherax dapat dilakukan dengan melihat ciri-ciri morfologisnya. Adapun ciri-ciri morfologis yang dapat dijadikan petunjuk dalam menerapkan jenis kelamin ( sex ) Cherax antara lain dengan melihat bentuk dan letek genital pore, perbandingan ukuran carapace dan abdomen, panjang pendeknya pleura, besar kecilnya capit ( chela ), serta warna tubuh. Secara lengkap dijelaskan perbedaan jantan dan betina sebagai berikut :

Cherax jantan.
1.      Genital pore berbentuk selang kecil ( petashma ) dan terletak pada kedua basis kaki jalan kelima.
2.      Ukuran carapace lebih besar dari pada abdomen.
3.      Ukuran chela lebih besar
4.      Ujung pleura lebih pendek dan ruang dibawah abdomen lebih sempit
5.      Pada umur yang sama, ukuran tubuhnya lebih besar dari pada yang betina
6.      Warnanya lebih terang dari betina.

Cherax betina
1.      Genital pore berbentuk lubang ( thelycum ) dengan diameter 1-2 mm ( sesuai ukuran cherax ) dan terletak pada basis kaki jalan ke tiga.
2.      Ukurasn carapace lebih kecil dari pada abdomen.
3.      Ukuran chela lebih kecil
4.      Ukuran pleura lebih panjang dan brood chamber lebih luas dari pada jantan
5.      Pada umur yang sama, ukuran tubuhnya lebih kecil dibandingkan dengan Cherax jantan
6.      Warnanya agak pudar jika dibandingkan dengan yang jantan.

D. Persiapan Pembenihan
            Usaha yang sukses tidak lepas dari persiapan yang baik,begitu pula dalam usaha pembenihan lobster. Persiapan usaha,terutama pengadaan sarana dan prasarana ,mutlak dilakukan jika ingin terjun dalam usaha pembenihan Lobster. Tanpa persiapan kemungkinan usaha yang dilakukan akan mengalami kendal,bahkan hambatan yang akan menggagalkan usaha. Dengan persiapan yang baik sebelum usaha pembenihan diharapkan akan diperoleh benih berkualitas baik dengan kuantitas mencukupi. Persiapan sebelum pembenihan antara lain pengadaan wadah pemeliharaan, penyediaan, sumber air berkualitas sesuai dengan kebutuhan, serta pengadaan peralatan pendukung pembenihan.

A. Wadah Pemeliharaan
            Wadah yang akan digunakan dalam pembenihan lobster skala rumah tangga berupa bak plastik ukuran 100 cm x 30 cm x 30 cm, aquarium 100cm x 40cm x40cm, dan bak semen ukuran  100cm x 40cm x40cm, bok plastik dapat dibeli di toko peralatan rumah tangga.
            Bok plastik dan aquarium dipergunakan untuk merawat dan memelihara induk yang sedang mengerami telurnya, Penggunaan wadah tersebut dimaksutkan untuk mempermudahpengamatan serta pengawasan induk dan perkembangan larva. Sementara untuk bak semen digunakan untuk menampung induk serta untuk perkawinan induk, Bak yang dipilih sebaliknya berbentuk persegi empat atau disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia. Bak sebaiknya berwarna gelap untuk memberi rasa nyaman pada lobster yang dipelihara, ini dimaksutkan agar huna cepat memijah. Kondisi bak yang gelap disesuaikan dengan sifat lobster yang nocturnal.

B. Sumber air
            Sebagai media hidup lobster ,air mutlak diperlukan dalam jumlah yang memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya.air yang digunakan sebaiknya bersumber dari tempat yang bebas pencemaran. Air yang digunakan untuk kegiatan pembenihan lobster harus diperhatikan secara cermat suhu dan derajat keasaman ( pH ). Kedua parameter ini sangat mempengaruhi kelangsungan hidup lobster selama pembenihan, termasuk kelangsungan hidup benih yang dihasilkan, suhu air yang digunakan berkisar 16-22 ºC dan pH sekitar 6-7. akan tetapi padasaat akan dilakukan pemijahan, penetasan telur dan pembesaran larva, dibutuhkan suhu yng tinggi. Untuk merangsang pemijahan suhu air dinaikan mencapai 19-21 ºC demikian halnya dengan penetasan telur, suhu air yang digunakan berkisar 22-24 C. Sementara derajat keasaman ( pH ) air harus stabil pada kondisi normal atau berkisar pada angka pH 6-7.

C. Pembenihan Huna.

a. Seleksi Induk
            Persiapan dan seleksi induk yang akan dipijahkan penting dan mutlak dilakukan. Seleksi induk bertujuan untuk memperoleh induk yang  baik. Induk yang baik akan menghasilkan benih yang baik pila. Seleksi induk dilakukan dengan cara mengenali sifat-sifat dan morfologinya,jika inggin menyiapkan calon induk sejak masih benih atau anakan maka beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut.
1.      Calon induk harus sehat atau terbebas dari penyakit.
2.      Pertumbuhanya lebih cepat diantara yang lain.
3.      Aktif memangsa setiap makanan yang diberikan.
4.      Gerakanya lincah.
5.      Anggota tubuhnya lengkap

Untuk memilih dan menyiapkan calon induk yang akan langsung dipijahkan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
           
1.      Ukuran panjang minimal 15 cm dan berat minimal 25 gr. Meskipun demikian ada jenis lobster yang telah matang gonad pada panjang 9 cm dengan berat kurangdari 25 gr per ekor.
2.      Anggota tubuhnya lengkap.
3.      Calon induk harus sehat dan bebas penyakit.
4.      Calon induk jantan dan betina memiliki ukuran panjang dan berat sebanding artinya, perbedqan ukuran antara induk jantan dan betina tidak terlalu jauh.

b. Perawatan Induk Sebelum Memijah
            Jika calon induk yang akan dipijahkan telah dipersiapkan dengan baik maka proses pemijahan tidak akan mengalami kendala yang berarti. Keberhasilan pemijahan sangat tergantung dari persiapan dan perawatan calon induk yang dilakukan. Calon induk yang telah siap baik jantan maupun betina selanjutnya dimasukkan dalam aquarium.
            Untuk pembenihan bersekala menengah atau besar sebainya dalam satu priode pemijahan dipijahkan induk dalam jumlah yang banyak agar produksibenihnya banyak, ini disebabkan lobster memiliki fekunditas yang rendah. Perawatan calon induk sebelum memijah sangat penting dilakukan agar proses pemijahan berlangsung tidak terlalu lama. Induk dapat diberi pakan ubu jalar ( sweet potato ) yang dipotong kecil-kecil berbentuk dadu dan cacing tanah sebagai sumber protein, pakan tersebut diberikan 2 hari sekali dengan jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan calon induk

c. Proses Pemijahan
            Selama proses pemijahan, parameter kualitas air yang harus tetap terkontrol antara lain suhu dan pH air. Suhu untuk pemijahan berkisar 19-21 C dan pH air antara 6,5-7. proses pemijahan akan berlangsung pada malam hari atau dini hari terutama pada saat suasana tenang dan tidak ada gangguan.
            Pemijahan diawali dengan dikeluarkannya cairan berupa minyak dan diikuti oleh gerakan induk betina yang agresif mendekati induk jantan. Selanjutnya induk betina akan membalikkan badan pada posisi telentang didekat induk jantan,jika induk betina telah pada posisi demikian induk jantan akan menindih induk betina. Pada proses ini terjadi kopulasi dengan posisi menyerupai huruf “Y” jika proses kopulasi tlah selesai induk jantan akan melepaskan diri, sedangkan induk betina tetap pada posisi telentang sambil menyalurkan telurnya ke brood chamber. Posisi induk yang terlentang diduga dilakukan untuk menghindari tercecernya telur yang telah dibuahi dan disalurkan ke brood chamber. Posisi induk betina tersebut akan berlangsung hingga semua telur tersalurkan,setelah semua telur keluar maka ekor induk betina akan menekuk untuk melindunggi telurnya diikuti dengan membaliknya induk betina pada posisi normal dengan tetap menekuk ekor.

d. Penetasan telur
            Sebelum menetas telur akan mengalami proses inkubasi oleh induk betin. Proses ini melalui beberapa frase yang ditandai dengan perubahan warna telur pada setiap frase Pada saat baru dikeluarkan oleh induk betina ( frase pertama ) telur berwarna krem. Setelah seminggu,warna telur akan berubah menjadi coklat muda ( frase kedua ), selanjutnya pada frase ketiga telur berubah warna menjadi coklat tua. Pada frase keempat telur akan menjadi unggu keabu-abuan sebagai tanda bahwa telur siap menetas. Setiap frase perubahan warna telur berlangsung selama 1 minggu sehingga masa inkubasi telur berlangsung selama 30-35 hari Proses inkubasi telur semua berlangsung pada brood chamber.

e. Pemeliharaan larva
            Setelah massa inkubasi selama 30-35 hari telur akan menetas yang diawali dengan munculnya kepala diikuti oleh anggota badan dan ekor,setelah melepaskan diri dari canggkang telur larva telah berbentuk seperti udang dewasa berwarna transparan sehingga proses metamorfosis larva berlangsung sangat singkat.
            Setalah larva melepaskan diri sebaiknya induk dipindahkan ke aquarium lain atau langsung dimasukkan kembali ke bak penampungan induk. Sementara larva tetap berada pada aquarium penetasan hingga siap dibesarkan. Masa larva terutama setelah melepaskan diri dari induknya merupakan salah satu masa kritis dari seluruh siklus hidup lobster selain masa moulting untuk melewati masa krisis ini,hal penting yang harus dilakukanadalah pemberian pakan tambahan. Jenis pakan tambahan yang diberikan pada larva selama ini terdiri dari berbagai jenis baik kering maupun basah atau pasta.

D. Analisis usaha.

            Analisis usaha perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya ivestasi,biaya,tingkat produksi yang harus dicapai,harga jual,dan besarnya keuntungan yang akan diraih. Dengan demikian,para calon peternak yang akan mengusahakan Lobster dapat menentukan skala usaha produksi yang akan dipilih.Analisis usaha Lobster yang dipaparkan merupakan usaha untuk menghasilkan benih Lobster.
            Sebelum dilakukan analisis usaha,terlebih dahulu harus ditentukan asumsi yang kan digunakan. Asumsi tersebut sebaiknya disesuaikan dengan kondisi tempat yang kan dilakukan usaha. Contoh analisis usaha pembenihan Lobster berikut ini dilakukan . Beberapa asumsi lain yang digunakan sebagai berikut.

1.      Lama pembenihan sekitar tiga bulan.
2.      Tenaga kerja yang digunakan dari luar sebanyak satu orang.
3.      Harga beli induk huna Rp 1.500.000,00 per ekor.
4.      Harga jual benih huna Rp  1.500,00 per ekor.


1.      Investasi

-          pembuatan bak ukuran 100 cm
x 40 cm, 10 buah
@ Rp 150.000,00 per buah                 Rp 1.500.000,00
-          Pengadaan peralatan
Oksigenisasi                                        Rp    600.000,00
-          Induk Lobster 50 ekor
@15.000,00 per ekor                          Rp    750.000,00


 
Total investasi                                     Rp 2.850.000,00


2.      Biaya
a.       Biaya tetap
- Penyusutan alat                                 Rp    100.000,00
- Perawatan bak                                  Rp      50.000,00
- Pergantian induk                               Rp    100.000,00


 
            Total biaya tetap                                 Rp    250.000,00

b.      Biaya tidak tetap
- Pakan larva dan induk                      Rp  1.000.000,00
- Biaya listrik                                       Rp     240.000,00
- Tenaga kerja 1 orang
   @ Rp 200.000,00/bulan                   Rp     600.000,00
 

   Total biaya tidak tetap                     Rp  1.840.000,00
 

   Total biaya ( a + b )                          Rp  2.090.000,00

3.      Penerimaan
Penjualan benih 4.000 ekor
@Rp 1.500.000,00 per ekor                Rp 6.000.000,00

4.      Keuntungan
Penerimaan – total biaya                     Rp 3.910.000,00

5.      Return cost ratio (R/C)



               Total penerimaan
R/C  =
                   Total biaya



Rp 6.000.000,00
      =                                      = 2,87
Rp 2.090.000,00

            Dengan nilai R/C 2,87 berarti setiap penambahan biaya sebesar Rp 1.000,00 akan memperoleh tambahan penerimaan sebesar Rp 2.870,00. Dengan demikian pembenihan lobster cukup layak diusahakan.

No comments:

Post a Comment