STRATIGRAFI
Stratigrafi
Sumatera Selatan dibagi dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
§
Formasi Lahat
Berumur Eosen sampai Miosen Bawah. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras
di atas batuan dasar yang berumur Pra Tersier, batuan penyusun terdiri dari:
tuf breksi berwarna ungu, hijau, dan coklat, batulempung tufan, breksi, dan
konglomerat. Ke arah bagian dalam
cekungan, fasiesnya secara berangsur menjadi serpih, serpih tufan, batulanau,
batupasir, dan sisipan batubara.
Pengendapan formasi ini diawali oleh pengendapan non marine,
paludal yang berangsur menjadi kondisi “euxinic”. Ditemukannya lapisan-lapisan tipis,
batugamping, dan lapisan batuan sedimen yang mengandung glaukonit menunjukkan
lingkungan danau yang kadang-kadang berhubungan dengan laut terbuka. Di antara batuan-batuan sedimen yang
dijumpai, ada yang menunjukkan ciri endapan kipas alluvial, endapan fliviatil,
dan endapan delta. Tebal formasi ini
mencapai 300 meter.
§
Formasi Talangakar
Berumur Oligosen Atas sampai Miosen Bawah. Formasi Talangakar diendapkan secara selaras
di atas Formasi Lahat, yang batuannya terdiri dari: batupasir, batupasir
gampingan, batulempung, batulempung pasiran dan sedikit batubara, pada bagian
bawah dijumpai batupasir. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan fluviatil sampai delta dan marine dangkal yang
menunjukkan adanya transgresi marine.
Pada beberapa tempat dijumpai batupasir di daerah tinggian (“Pendopo
High: atau dekat Paparan Sunda). Secara
lateral formasi ini berubah fasies dengan Formasi Gumai. Formasi ini merupakan penghasil hidrokarbon
di Cekungan Sumatra Selatan.
© Formasi Batu Raja
Berumur Miosen Bawah.
Formasi ini diendapkan secara selaras si atas Formasi Talangakar, yang
batuannya tersusun dari: napal, batugamping lempungan, dan batugamping
terumbu. Terumbu-terumbu tersebut pada
umumnya berkembang di tempat yang berasosiasi dengan daerah tinggian (Musi,
“Betung Kuang Cross Trend”). Ke arah
dalam cekungan, formasi ini didominasi oleh napal, sedangkan ketebalan
seluruhnya mencapai 160 meter. Di
subcekungan Palembang,
batugamping terumbu dari Formasi Batu Raja merupakan penghasil hidrokarbon.
§
Formasi Gumai
Berumur Miosen Bawah sampai Miosen Tengah. Formasi Gumai diendapkan secara selaras di
atas Formasi Batu Raja yang batuan-batuannya menunjukkan ciri hasil pengendapan
genang laut. Formasi ini tersusun oleh
serpih marin dengan beberapa lapisan tipis napal atau batugamping di bagian
bawahnya. Ketebalannya mencapai 2.200
meter. Formasi ini dianggap sebagai
batuan induk hidrokarbon yang cukup potensial.
§
Formasi Air Benakat
Berumur Miosen Tengah, diendapkan secara selaras di atas
Formasi Gumai. Batuan penyusun formasi
ini adalah: batulempung pasiran, batupasir glaukonitan, dan kadang-kadang
batupasir gampingan. Dari ciri-ciri
batuannya menunjukan hasil pengendapan awal regresi. Bagian bawah dari formasi
ini diendapakan pada lingkungan neritik,
sedangkan bagian atasnya diendapakan pada lingkungan laut dangkal. Penyebaran
batuan dari Air Benakat lebih luas bila dibandingkan dengan penyebaran Formasi
Gumai. Formasi ini “On Lapoing” kearah timur paparan sunda sehingga menuitupi
diatas batuan yang berumur Pratersier, yang memungkinkan terbentuknya rangkap
stratigarafi. Formasi Air Benakat
merupakan Reservoir yang penting di Cekungan Sumatra Selatan terutama di
daerah Jambi. Ketebalannya berkisar antara
100 – 1300 m.
§
Fornasi Muara Enim
Berumur Miosen Atas, diendapkan secara selaras diatas
Formasi Air Benakat. Batuan penyusun terdiri dari : batupasir Tuffan,
batulempung pasiran, dan batubara. Ciri – ciri batuan penyusun dari formasi ini
menunjukan hasil endapan fase Regresi, yang diendapkan pada laut dangkal, payau sampai paludal.
Ketebalannya berkisar antara 150 – 1000 m
No comments:
Post a Comment