Tuesday, March 27, 2012

PELUANG USAHA BUDIDAYA MAS KOKI


Para pecinta ikan hias pasti tidak asing lagi dengan ikan koki ( Carassius auratus ). Keunikan dan kelucuan penampilanya, yang tidak dmiliki ikan hias lain, membuat koki senantiasa enak dilihat. Bagi penggemar ikan hias, kegenitan gerakan, keunikan bentuk, dan keindahan warnanya dapat menjadi pemuas batin.

A. Peluang Pasar
            Koki tergolong ikan hias yang selalu digemari oleh pecinta ikan hias. Keanekaragaman jenis dengan ciri khas masing-masing menjadikan koki selalu diminati pasar dan tidak tenggelam mesti muncul ikan hias jenis lain. Jika kita amati lebih jauh, beberapa jenis ikan hias bersifat temporer, artinya ikan tersebut mengalami pasang surut. Untuk priode tertentu, ikan tersebut dicari orang hingga harganya membumbung tinggi jauh dari harga normal. Namun, untuk priode berikutnya, jangan keberadaanya dipasar ikan hias, namanya pun sudah jarang disebut.
            Koki pun tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai ikan pengisi aquarium air tawar. Ikan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai pengisi kolam kecil di taman. Keunikan tiap jenis ini yang membuat koki semakin diminati untuk dikoleksi oleh para hobis, setiap permintaan koki tidak pernah pasang surut. Para peternak yang sudah menggeluti budidaya koki selama bertahun-tahun tetap bertahan karna alasan permintaan pasa. Hal ini terbukti dengan kenyataan di lapangan. Begitu koki mendekati masa panen, banyak pembeli yang memesan, belum lagi untuk koki kualitas lomba.
            Di indonesia, daerah penghasil koki yang mendominasi pasar adalah Tulungagung. Setiap tahun produksi koki Tulungagung dapat mencapsi 20 juta ekor dengan omset tak kurang dari Rp 10 miliar. Koki dari tulungagungbaru meliputi pasar domestik. Hingga kini pedagang koki dari tulungagung belum ada yang mengekspor kokinya. Namun beberapa peternak mendengar koki dari tulungagung banyak di ekspor ke Malaysia, Singapura, dan jepang. Kegiatan ekspor ke mancanegara itu mungkin saja dilakukan oleh pedagang dari jakart. Dari kenyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pasar ekspor masih terbuka lebar asal ditunjang oleh kualitas koki yang baik, sebagai salah satu persyaratan ekspor.

B. Peluang Usaha
            Bagi para peminatnya, asalkan dilandasi hasrat yang kuat ditunjang oleh hobi, budi daya koki bakal mendatangkan keberhasilan yang diinginkan. Kunci utama budidaya koki adalah keuletan dan ketangguhan dalam pengelolaanya. Banyak peternak yang membongkar kolamnya atau beralih ke jenis ikan lain karna kurang sabar dan ulet dalam menghadapi fungtuasi pasar. Karena koki dari bermacam-macam jenis, dalam membudidayakanya harus diawali melihat pasar, yaitu dengan melihat koki jenis apa yang sedang diminati dan bagai mana persediaan dipasar. Dengan begitu, dapat ditentukan kapan mengerem dan memacu produksi koki harus dilakukan.
            Beternak koki memang menguntungkan jika ditinjau dari angka rupiah. Anakan koki umur 18-20 hari dari hasil pemijahan induk sudah laku dijual Rp 40-50. dalam waktu 20 hari kemudian, induk sudah siap memijah dan menghasilkan benih lagi. Setelah dibesarkan selama 2 bulan itu tergolong murah. Untuk perawatan 10.000 ekor hanya dibutuhkan biaya kurang lebih Rp 1000.000. artinya, biaya yang dibutuhkan hanya sekitar 5-10 % dari perkiraan. Jika ukuran koki sudah mencapai kualifikasi kontes, harga tidak hanya berkisar ratusan ribu tetapi sudah puluhan ribu. Bahkan untuk jenis-jenis tertentu dapat mencapai harga ratusan ribu per ekor. Keuntungan akan didapat bila menjual koki yang sudah dibesarkan. Koki yang tidak lolos penyortiran juga dijual, hasil dapat dipakai untuk menutup biaya pembelian pakan. Dengan cara ini, pengeluaran biaya pemeliharaan dapat ditekan.
           
C. Klasifikasi dan Morfologi Koki
            Koki mempunyai badan pendek, gempal, dan bulat. Pada beberapa jenis, bagian kepala dan pipi ditumbuhi oleh daging yang menebal, matanya besar dan lebar, tetapi iris matanya tidak dapat membuka dan menutup. Lensa mata tidak dapat berkontraksi luas sehingga pandangan matanya dekat dan terbatas hal ini koki hanya mengandalkan penciumanya dalam mencari makanan. Bentuk mata koki khas sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi setiap jenis koki. Indra penciumanya terdapat pada lubang hidung yang berbentuk sangat sederhana, dibagian dalam hidung inilah terdapat indra tunas pembau yang tidak berhubungan sama sekali dengan organ pernapasan. Organ pernapasanya adalah lembaran insang yang dilindungi oleh tutup insang ( operculum ) disamping tubuhnya.
            Pada umumnya koki mempunyai lima sirip,yaitu ; sirip dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip dubur (anal fin), sirip ekor (caudal fin ), dan sirip punggung ( dorsal fin ). Tetapi beberapa jenis koki tidak memiliki sirip punggung seperti, Lion head dan Celestial. Sirip kokimempunyai fungsi sebagai alat keseimbangan dan alat gerak dibantu oleh otot tubuh dan otot ekor. Sirip perut dan sirip dada bekerja sama dengan gelembung udara berfungsi sebagai pengontrol gerak keatas dan kebawah sementara itu, sirip punggung dan sirip ekor yang berdekatan dengan lubang kelamin berfungsi untuk menjaga menjaga agar tubuh tidak berguling ke samping.
            Di sisi tubuh koki terdapat gurat sisi yang berfungsi sebagai indra arus. Gurat sisi terletak dibawa sisik perut koki yang memanjang dari tutup insang hingga pangkal ekor . umumnya warna sisik koki adalah merah, metalik, dan kekuning-kuningan, hijau kehitam-hitaman, atau gabungan dari warna-warna itu.Warna ini ditentukan oleh banyak sedikitnya pigmen quanin yang terkandung didalam sisik koki. Pembentukan quanin ini dipengaruhi oleh faktor genesis, lingkungan hidup, jenis makanan, dan kebersihan lingkungan.
           
Taksonomi koki sebagai berikut yaitu :

Kelas               Osteichthyes
Ordo                Cypriniformes
Subordo          Cyprinoidea
Famili              Cyprinidae
Genus              Carassius
Spesies            Carassius auratus




            Koki jantan dan betina memiliki ciri fisik yang berbeda. Mengetahui jenis kelamin induk sangat dibutuhkan ketelitian, membedakan kelamin koki dapat dilakukan hanya dengan melihat saja, meraba atau memegang, dan memencet sedikit perutnya. Namun untuk memastikannya cara-cara diatas dapat digabungkan untuk lebih jelasnya ciri-ciri koki jantan dan betina sebagai berikut :

Koki jantan.
·         Warna dominan dan mencolok
·         Gerakan gesit atau lincah
·         Tubuh ramping atau panjang
·         Tutup insang kasar
·         Sirip dada kasar dan ada bintik-bintik putih jika diraba akan terasa kasar; bintik-bintik putih ini akan keluar mulai umur 4 bulan
·         Dengan sedikit memijat perut dari lubang pengeluaranya ( urogenital ) keluar cairan seperti santan atau susu 
          
Koki betina.
·         Warna kabur
·         Gerakan lamban
·         Tubuh gendut, punggungnya agak melengkung, ukurannya agak pendek, dan perutnya lebih besar
·         Tutup insang halus
·         Sirip dada halus dan polos, lebih pendek
·         Dengan sedikit memijat perut keluar cairan berwarna kuning bening

D. Persiapan kolam
            Kolam pemijahan berukuran 1 x 4 m Fungsinya untuk mempertemukan induk jantan dan betina yang telah siap memijah. Sebelum melakukan pemijahan, telebih dahulu kolam ini dibersihkan dari kotoran dan lumut. Kemudian kolam dikeringkan dan dijemur selama 2-3 hari untuk mematikan bibit penyakit yang ada dikolam pemijahan, selain itu pejemuran akan air terasa segar dan hangat ketika dimasukkan kedalam kolam. Air dimasukkan kedalam kolam hingga ketinggian kurang lebih 20-25 cm. Pada ketinggian itu seluruh air kolam akan mendapat sinar matahari yang cukup,sehingga suhu air tetap hangat. Proses pemijahan dan penetasan telur lebih sempurna padda suhu yang hangat.Air tersebut perlu dibiarkan dahulu sehari ( harus terkena sinar matahari ) Semalam diudara terbuka untuk menghilangkan gas-gas beracun dan mengendapkan kotoran.
            Setelah itu perlu dimasukkan tanaman air yang berfungsi sebagai suftrat penempelan telur koki. Ada beberapa tanaman air yang dapat dipilih, syarat tanaman tersebut harus menggantung didalam air, panjang, lentur, dan lembek. Tanaman yang sering dipakai adalah Eicchornia crassipes ( enceng gondok ), Hydrilla Verticilliata ( ganggang air ), atau Cambomba caroliana. Dari ketiga tanaman ini ganggang air lebih sering di manfaatkan karena koki lebih menyukainya sebagai suftrat sehingga lebih mudah memijah. Anyaman rafia ( tali plastik ) juga dapat digunakan jika ketiga tanaman tersebut susah untuk didapat.

E. Persiapan  Bakalan Induk
            Faktor terpenting dalam memijahkan koki adalah induk yang akan dipijahkan harus berkualitas. Karena kualitas benih yang dihasilkan sangat berpengaruh pada kualitas induknya. Akan sia-sia usaha pemijahan yang dilakukan jika ternyata kualitas koki tidak sesuai dengan biaya pemeliharaannya. Cara memilih koki induk tidak segampann dengan pemeliharaanya , setiap strain memiliki parameternya sendiri meskipun dalam beberapa hal ada kesamaan.
            Setelah koki berumur 6-7 bulan pemijahan dapat mulai dilakukan. Sebelum memijahkan koki, perhatikan ciri-ciri bakalan induk jantan dan betina. Ciri koki jantan yang sudah siap memijah adalah sudah saling kejar dan menggangu koki lainya, ciri kedua adalah sudah keluarnya cairan mani berwarna putih seperti santan atau susu dari lubang pengeluaranya, cairan ini akan keluar jika perut diurut ke arah lubang pengeluaran keluar cairan ini merupakan pertanda bahwa sel kelamin koki telah matang sehingga siap dipijahkan.
            Ciri koki betina yang siap pijah adalah perutnya terasa lembek saat diraba, jika perut koki terasa keras berarti telur koki belum matang, ciri lain perut koki akan tampak membesar, lubang kelamin membengkak dan berwarna kemerahan serta telur akan mudah keluar jika perut koki sedikit di tekan.

F. Proses Pemijahan
            Setelah kolam pemijahan siap digunakan dan bakalan indukdipilih, pindahkan bakalan induk kedalam kolam pemijahan. Pemindahan induk ini sebaiknya dilakukan pada sore hari karena pada malam hari koki jantan akan mengejar koki betina sambil sekali-kali menyentuh bagian belakang betina. Jika kondisi demikian terjadi itu pemijahan akan terjadi. Pada pagi hari koki betina akan membalikkan badannyasambil melepaskan telur,sedangkan koki jantan segera melepaskan seperma untuk membuahi. Telur koki bersifat adhetif yaitu akan mudah menempel pada benda lain yang telah disediakan sebagai suftrat pelekatan telur
            Jika koki jantan tidak mengejar koki betina lagi suftrat perlu diperiksa untuk memastikan apakah pemijahan sudah menghasilkan telur atau belum, kepastian pemijahan juga dapat diketahui dengan meraba perut koki betina jika perut telah kosong bearti pemijahan telah selesai. Telur yang dihasilkan satu pasang koki dapat mencapai 1.000- 2.000 butir, bahkan koki tosa dan black moor dapat mencapai hingga 8.000 butir.

G. Penetasan Telur
            Dalam waktu 3-4 hari telur akan menetas menjadi burayak. Penetasan ini tergantung pada suhu air semakin hangat air semakin cepat telur menetas. Telur yang tidak menetas baik yang menempel di suftrat maupun di dasar kolam segera di buang karena dapat mempengaruhi kualitas air sehingga mengurangi pasokan oksigen dan menjadi sarang penyakit.
            Setelah berumur 6 hari, burayak tidak perlu diperi pakan karena masih mempunyai  cadangan makanan dalam kantung kuning telurnya. Setelah itu barulah burayak diberi pakan kutu air. Selain pakan ini dapat juga diberi pakan yang lain yang sesuai dengan bukaan mulut burayak, kuning telur juga bagus untuk burayak.


H. Pendederan
            Setelah koki berumur 2 minggu, benih koki dipindahkan dari kolam pemijahan ke kolam pendederan. Untuk satu kolam pendederan berukuran 4 x 4,jumlah populasi yang bisa dimasukkan sebanyak 1.000 ekor koki, didalam kolam pendederan koki mulai diberi pakan cacing sutra ( Tubifex sp ) yang disaring dengan saringan berdiameter 0,5 mm. Pemberian cacing sutra ini berguna untuk menggemukan dan memacu pertumbuhan koki. Setelah berumur 20 hari sebagian benih koki sudah dapat dijual kepasar untuk dibesarkan peternak lain. Hasil penjualan dapat digunakan untuk pembelian pakan koki yang akan kita besarkan.


ANALISIS USAHA BUDIDAYA KOKI

A. Asumsi
  1. Usaha dimulai dari pembibitan sendiri dan perhitungan dilakukan untuk satu siklus produksi
  2. Perhitungan usaha dilakukan sampai dengan pemanenan koki berumur 6 bulan.
  3. Pemeliharaan koki dilakukan dalam 4 jenis kolam yang masing-masing berukuran 1 x 4 m, 4 x 24 m, dan 2 kolam berukuran 4 x 6 m.
  4. semua jenis pakan diperoleh dengan membeli.
  5. Proses budidaya koki yang dilakukan bersifat normal.
  6. Setelah menetas dan mengalami seleksi alam, telur koki yang berhasil menjadi burayak untuk setiap pasang induk sebanyak 1500 buah.

B. Analisis Usaha

a. Investasi
  1. Biaya pembuatan kolam                                  Rp       3000.000
( Usia ekonomis 10 tahun )
  1. Pompa air                                                        Rp       7000.000
( Usia ekonomis 5 tahun )
  1. Pembelian peralatan lengkap                           Rp       1000.000
( Usia ekonomis 2 tahun )
  1. Pembelian 4 pasang induk koki                      Rp         400.000
( Usia ekonomis 4 tahun )                              ________________

Total    Rp     11.400.000                   









b. Biaya tetap
1.   Penyusutan kolam                                           Rp            150.000
      ( Rp 3000.000 : 10 : 2 )
2.   Penyusutan pompa air                                     Rp            700.000
      ( Rp 7000.000 : 5 : 2 )
3.   Penyusutan perlengkapan                               Rp            250.000
      ( Rp 1000.000 : 2 : 2 )
4.   Penyusutan induk                                           Rp              50.000
      ( Rp 400.000 : 4 :2 )                                    
                                                                              __________________
     
                                           Total                           Rp          1.150.000

c. Biaya tidak tetap.
1.   Pembelian pakan                                             Rp           1000.000
2.   Bahan bakar                                                    Rp              100.000
3.   Obat-obatan                                                    Rp             200.000
                                                                              _________________
                                            Total                          Rp           1.300.000

d. Biaya produksi
           
            = Biaya tidak tetap + Biaya tetap
            = Rp 1.300.000 + Rp 1.150.000
            = Rp 2.450.000

e. Hasil usaha
      1. Penjualan koki umur 20 hari
          ( 3.000 ekor x Rp 40 )                                       Rp            120.000
      2. Penjualan koki umur 2 bulan
          ( 1.000 ekor x Rp 700 )                                     Rp            700.000
      3. Penjualan koki umur 3 bulan
          ( 1000 ekor x Rp 2.000 )                                   Rp          2.000.000
      4. Penjualan koki umur 4 bulan                            
           ( 1.000 ekor x Rp 5.000 )                                 Rp         5.000.000
                                                                                    ________________
                                                            Total               Rp          7.820.000

f. Keuntungan

            = Hasil usaha – biaya produksi
            = Rp 7.820.000 + Rp 2.450.000
            = Rp 5.370.000



g. Jangka Waktu Pengembalian Modal
            = [ ( Investasi + Biaya produksi ) : keuntungan ] x lama siklus
            = [ ( Rp 11.400.000 + Rp 2.450.000 ) : Rp 5.370.000 ] x 6 bulan
            = 15,5 bulan ( 3 siklus pemeliharaan )
           
            Artinya modal akan kembali setelah dilakukan budidaya selama kurang lebih 3 siklus pemeliharaan

h. Benefit Cost Ratio
            = Hasil usaha : Biaya produksi
            = Rp 7.820.000 : Rp 2.450.000
            = 3,2

            Artinya hasil usaha yang diterima setelah satu siklus pemeliharaan adalah sebesar 3,2 kali dari biaya produksi yang telah dikeluarkan.

i. BEP ( Break Event Point )
            = Biaya tetap : ( 1- biaya tidak tetap : Hasil Usaha )
            = Rp 1.150.000 : ( 1- Rp 1.300.000 : Rp 7.820.000 )
            = Rp 1.385.542,17

            Artinya usaha budidaya koki tidak rugi dan tidak untung  ( impas ) saat dihasilkan pendapatan sebesar Rp 1.385.542,17 Dari penjualan tiap siklus

PEMBENIHAN LOBSTER AIR TAWAR


Keberadaan Cherax air tawar belum banyak diketahui. Jenis ini merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, tetapi sampai saat ini belum dibudidayakan secara intensif. Upaya pembudidayaan pernah dilakukan oleh LIPI dan BPPT,pada tahun 1981 sampai tahun 1985, akan tetapi tidak diperoleh rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan pembudidayaan Cherax air tawar secara terkontrol ( aquacultur ). Kegagalan LIPI dan BPPT tidak memadamkan semangat penulis untuk terus melakukan pembudidayaan yang akhirnya pada bulan juni 2002,berhasil memijahkan Cherax dalam skala rumah tangga ( back yard ). Keadaan ini terus memacu semangat untuk melakukan ujicoba dikolam-kolam tanah. Upaya pembudidayaan Cherax perlu diimbanggi dengan informasi yang memadai mengenai tehnik pembudidayaan karena belum banyak tulisan yang mengulas pembudidayaan lobster di indonesia. Kondisi tentang kurang informasi terutama literatur mengenai jenis lobster di indonesia

A. Taksonomi
            Klasifikasi Cherax menurut Holthuis ( 1950 ) adalah sebagai berikut :

            Filum                           : Arthropoda
            Subfilum                     : Mandibulata
            Kelas                           : Crustacea
            Subkelas                      : Malacostraca
            Serie                            : Eumalacostraca
            Super-ordo                  : Eucarida
            Ordo                            : Decapoda
            Subordo                      : Reptantia
            Seksi                            : Macrura
            Famili                          : Parastacidae
            Genus                          : Cherax
            Spesies                        : C. Comunis, C.monticola
                                                  C. Tenuimanus, C. Lorentzi
                                                  C. papuana, C. Destructor
                                                  C. wasselli

B. Morfologi
            Seperti halnya Crayfiss lainnya, Cerax sp. Memiliki susunan morfologi yang terdiri dari 3 segmen utama yaitu : kepala-dada ( chepalothorax ), badan ( abdomen, dan bagian ekor ( telsom ). Secara lengkap susunan morfologi cerax sebagai berikut

1. Kepala - dada
            Pada bagian kepala- dada terdapat rangka penutup kepala berupa kul;it tebal yang tersusun dari bahan berupa kapur ( chitin ) dengan bahan utama Calcium carbonate yang disenut carapace. Diujung depan carapace terdapat tonjolan memanjang kearah depan yang disebut rostrum. Rostrum merupakan salah satu bagian yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam melakukan identifikasi jenis udang-udangan
2. Badan ( abdomen )
            Abdomen merupakan bagian tubuh antara Chepalothorax dan telson. Pada cherax abdomen tertutup kulit keras dan terdiri dari 5 segmen. Keseluruhan segmen dikenal dengan pleura yang susunanya ke arah telson menyerupai susunan genteng. Pada bagian abdomen terdapat kaki renang  (pleopoda ) yang strukturnya berupa selaput tipis. Selain untuk berenang pleopoda juga berfungsi sebagai melekatkan telur pada cherax betina

3. Ekor ( telsom )
            Telsom merupakan bagian paling belakang dari tubuh cherax. Secara keseluruhan bagian ekor terdiri dari dua, yaitu 1 helai telson dan 4 helai uropoda ( ekor kipas ) . keseluruhan bagian telson berguna untuk berenang dan bergerak

C. Jenis kelamin
            Untuk mengetehui jenis kelamin cherax dapat dilakukan dengan melihat ciri-ciri morfologisnya. Adapun ciri-ciri morfologis yang dapat dijadikan petunjuk dalam menerapkan jenis kelamin ( sex ) Cherax antara lain dengan melihat bentuk dan letek genital pore, perbandingan ukuran carapace dan abdomen, panjang pendeknya pleura, besar kecilnya capit ( chela ), serta warna tubuh. Secara lengkap dijelaskan perbedaan jantan dan betina sebagai berikut :

Cherax jantan.
1.      Genital pore berbentuk selang kecil ( petashma ) dan terletak pada kedua basis kaki jalan kelima.
2.      Ukuran carapace lebih besar dari pada abdomen.
3.      Ukuran chela lebih besar
4.      Ujung pleura lebih pendek dan ruang dibawah abdomen lebih sempit
5.      Pada umur yang sama, ukuran tubuhnya lebih besar dari pada yang betina
6.      Warnanya lebih terang dari betina.

Cherax betina
1.      Genital pore berbentuk lubang ( thelycum ) dengan diameter 1-2 mm ( sesuai ukuran cherax ) dan terletak pada basis kaki jalan ke tiga.
2.      Ukurasn carapace lebih kecil dari pada abdomen.
3.      Ukuran chela lebih kecil
4.      Ukuran pleura lebih panjang dan brood chamber lebih luas dari pada jantan
5.      Pada umur yang sama, ukuran tubuhnya lebih kecil dibandingkan dengan Cherax jantan
6.      Warnanya agak pudar jika dibandingkan dengan yang jantan.

D. Persiapan Pembenihan
            Usaha yang sukses tidak lepas dari persiapan yang baik,begitu pula dalam usaha pembenihan lobster. Persiapan usaha,terutama pengadaan sarana dan prasarana ,mutlak dilakukan jika ingin terjun dalam usaha pembenihan Lobster. Tanpa persiapan kemungkinan usaha yang dilakukan akan mengalami kendal,bahkan hambatan yang akan menggagalkan usaha. Dengan persiapan yang baik sebelum usaha pembenihan diharapkan akan diperoleh benih berkualitas baik dengan kuantitas mencukupi. Persiapan sebelum pembenihan antara lain pengadaan wadah pemeliharaan, penyediaan, sumber air berkualitas sesuai dengan kebutuhan, serta pengadaan peralatan pendukung pembenihan.

A. Wadah Pemeliharaan
            Wadah yang akan digunakan dalam pembenihan lobster skala rumah tangga berupa bak plastik ukuran 100 cm x 30 cm x 30 cm, aquarium 100cm x 40cm x40cm, dan bak semen ukuran  100cm x 40cm x40cm, bok plastik dapat dibeli di toko peralatan rumah tangga.
            Bok plastik dan aquarium dipergunakan untuk merawat dan memelihara induk yang sedang mengerami telurnya, Penggunaan wadah tersebut dimaksutkan untuk mempermudahpengamatan serta pengawasan induk dan perkembangan larva. Sementara untuk bak semen digunakan untuk menampung induk serta untuk perkawinan induk, Bak yang dipilih sebaliknya berbentuk persegi empat atau disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia. Bak sebaiknya berwarna gelap untuk memberi rasa nyaman pada lobster yang dipelihara, ini dimaksutkan agar huna cepat memijah. Kondisi bak yang gelap disesuaikan dengan sifat lobster yang nocturnal.

B. Sumber air
            Sebagai media hidup lobster ,air mutlak diperlukan dalam jumlah yang memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya.air yang digunakan sebaiknya bersumber dari tempat yang bebas pencemaran. Air yang digunakan untuk kegiatan pembenihan lobster harus diperhatikan secara cermat suhu dan derajat keasaman ( pH ). Kedua parameter ini sangat mempengaruhi kelangsungan hidup lobster selama pembenihan, termasuk kelangsungan hidup benih yang dihasilkan, suhu air yang digunakan berkisar 16-22 ºC dan pH sekitar 6-7. akan tetapi padasaat akan dilakukan pemijahan, penetasan telur dan pembesaran larva, dibutuhkan suhu yng tinggi. Untuk merangsang pemijahan suhu air dinaikan mencapai 19-21 ºC demikian halnya dengan penetasan telur, suhu air yang digunakan berkisar 22-24 C. Sementara derajat keasaman ( pH ) air harus stabil pada kondisi normal atau berkisar pada angka pH 6-7.

C. Pembenihan Huna.

a. Seleksi Induk
            Persiapan dan seleksi induk yang akan dipijahkan penting dan mutlak dilakukan. Seleksi induk bertujuan untuk memperoleh induk yang  baik. Induk yang baik akan menghasilkan benih yang baik pila. Seleksi induk dilakukan dengan cara mengenali sifat-sifat dan morfologinya,jika inggin menyiapkan calon induk sejak masih benih atau anakan maka beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut.
1.      Calon induk harus sehat atau terbebas dari penyakit.
2.      Pertumbuhanya lebih cepat diantara yang lain.
3.      Aktif memangsa setiap makanan yang diberikan.
4.      Gerakanya lincah.
5.      Anggota tubuhnya lengkap

Untuk memilih dan menyiapkan calon induk yang akan langsung dipijahkan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
           
1.      Ukuran panjang minimal 15 cm dan berat minimal 25 gr. Meskipun demikian ada jenis lobster yang telah matang gonad pada panjang 9 cm dengan berat kurangdari 25 gr per ekor.
2.      Anggota tubuhnya lengkap.
3.      Calon induk harus sehat dan bebas penyakit.
4.      Calon induk jantan dan betina memiliki ukuran panjang dan berat sebanding artinya, perbedqan ukuran antara induk jantan dan betina tidak terlalu jauh.

b. Perawatan Induk Sebelum Memijah
            Jika calon induk yang akan dipijahkan telah dipersiapkan dengan baik maka proses pemijahan tidak akan mengalami kendala yang berarti. Keberhasilan pemijahan sangat tergantung dari persiapan dan perawatan calon induk yang dilakukan. Calon induk yang telah siap baik jantan maupun betina selanjutnya dimasukkan dalam aquarium.
            Untuk pembenihan bersekala menengah atau besar sebainya dalam satu priode pemijahan dipijahkan induk dalam jumlah yang banyak agar produksibenihnya banyak, ini disebabkan lobster memiliki fekunditas yang rendah. Perawatan calon induk sebelum memijah sangat penting dilakukan agar proses pemijahan berlangsung tidak terlalu lama. Induk dapat diberi pakan ubu jalar ( sweet potato ) yang dipotong kecil-kecil berbentuk dadu dan cacing tanah sebagai sumber protein, pakan tersebut diberikan 2 hari sekali dengan jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan calon induk

c. Proses Pemijahan
            Selama proses pemijahan, parameter kualitas air yang harus tetap terkontrol antara lain suhu dan pH air. Suhu untuk pemijahan berkisar 19-21 C dan pH air antara 6,5-7. proses pemijahan akan berlangsung pada malam hari atau dini hari terutama pada saat suasana tenang dan tidak ada gangguan.
            Pemijahan diawali dengan dikeluarkannya cairan berupa minyak dan diikuti oleh gerakan induk betina yang agresif mendekati induk jantan. Selanjutnya induk betina akan membalikkan badan pada posisi telentang didekat induk jantan,jika induk betina telah pada posisi demikian induk jantan akan menindih induk betina. Pada proses ini terjadi kopulasi dengan posisi menyerupai huruf “Y” jika proses kopulasi tlah selesai induk jantan akan melepaskan diri, sedangkan induk betina tetap pada posisi telentang sambil menyalurkan telurnya ke brood chamber. Posisi induk yang terlentang diduga dilakukan untuk menghindari tercecernya telur yang telah dibuahi dan disalurkan ke brood chamber. Posisi induk betina tersebut akan berlangsung hingga semua telur tersalurkan,setelah semua telur keluar maka ekor induk betina akan menekuk untuk melindunggi telurnya diikuti dengan membaliknya induk betina pada posisi normal dengan tetap menekuk ekor.

d. Penetasan telur
            Sebelum menetas telur akan mengalami proses inkubasi oleh induk betin. Proses ini melalui beberapa frase yang ditandai dengan perubahan warna telur pada setiap frase Pada saat baru dikeluarkan oleh induk betina ( frase pertama ) telur berwarna krem. Setelah seminggu,warna telur akan berubah menjadi coklat muda ( frase kedua ), selanjutnya pada frase ketiga telur berubah warna menjadi coklat tua. Pada frase keempat telur akan menjadi unggu keabu-abuan sebagai tanda bahwa telur siap menetas. Setiap frase perubahan warna telur berlangsung selama 1 minggu sehingga masa inkubasi telur berlangsung selama 30-35 hari Proses inkubasi telur semua berlangsung pada brood chamber.

e. Pemeliharaan larva
            Setelah massa inkubasi selama 30-35 hari telur akan menetas yang diawali dengan munculnya kepala diikuti oleh anggota badan dan ekor,setelah melepaskan diri dari canggkang telur larva telah berbentuk seperti udang dewasa berwarna transparan sehingga proses metamorfosis larva berlangsung sangat singkat.
            Setalah larva melepaskan diri sebaiknya induk dipindahkan ke aquarium lain atau langsung dimasukkan kembali ke bak penampungan induk. Sementara larva tetap berada pada aquarium penetasan hingga siap dibesarkan. Masa larva terutama setelah melepaskan diri dari induknya merupakan salah satu masa kritis dari seluruh siklus hidup lobster selain masa moulting untuk melewati masa krisis ini,hal penting yang harus dilakukanadalah pemberian pakan tambahan. Jenis pakan tambahan yang diberikan pada larva selama ini terdiri dari berbagai jenis baik kering maupun basah atau pasta.

D. Analisis usaha.

            Analisis usaha perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya ivestasi,biaya,tingkat produksi yang harus dicapai,harga jual,dan besarnya keuntungan yang akan diraih. Dengan demikian,para calon peternak yang akan mengusahakan Lobster dapat menentukan skala usaha produksi yang akan dipilih.Analisis usaha Lobster yang dipaparkan merupakan usaha untuk menghasilkan benih Lobster.
            Sebelum dilakukan analisis usaha,terlebih dahulu harus ditentukan asumsi yang kan digunakan. Asumsi tersebut sebaiknya disesuaikan dengan kondisi tempat yang kan dilakukan usaha. Contoh analisis usaha pembenihan Lobster berikut ini dilakukan . Beberapa asumsi lain yang digunakan sebagai berikut.

1.      Lama pembenihan sekitar tiga bulan.
2.      Tenaga kerja yang digunakan dari luar sebanyak satu orang.
3.      Harga beli induk huna Rp 1.500.000,00 per ekor.
4.      Harga jual benih huna Rp  1.500,00 per ekor.


1.      Investasi

-          pembuatan bak ukuran 100 cm
x 40 cm, 10 buah
@ Rp 150.000,00 per buah                 Rp 1.500.000,00
-          Pengadaan peralatan
Oksigenisasi                                        Rp    600.000,00
-          Induk Lobster 50 ekor
@15.000,00 per ekor                          Rp    750.000,00


 
Total investasi                                     Rp 2.850.000,00


2.      Biaya
a.       Biaya tetap
- Penyusutan alat                                 Rp    100.000,00
- Perawatan bak                                  Rp      50.000,00
- Pergantian induk                               Rp    100.000,00


 
            Total biaya tetap                                 Rp    250.000,00

b.      Biaya tidak tetap
- Pakan larva dan induk                      Rp  1.000.000,00
- Biaya listrik                                       Rp     240.000,00
- Tenaga kerja 1 orang
   @ Rp 200.000,00/bulan                   Rp     600.000,00
 

   Total biaya tidak tetap                     Rp  1.840.000,00
 

   Total biaya ( a + b )                          Rp  2.090.000,00

3.      Penerimaan
Penjualan benih 4.000 ekor
@Rp 1.500.000,00 per ekor                Rp 6.000.000,00

4.      Keuntungan
Penerimaan – total biaya                     Rp 3.910.000,00

5.      Return cost ratio (R/C)



               Total penerimaan
R/C  =
                   Total biaya



Rp 6.000.000,00
      =                                      = 2,87
Rp 2.090.000,00

            Dengan nilai R/C 2,87 berarti setiap penambahan biaya sebesar Rp 1.000,00 akan memperoleh tambahan penerimaan sebesar Rp 2.870,00. Dengan demikian pembenihan lobster cukup layak diusahakan.