Wednesday, April 25, 2012

Cara Menggunakan Kompas

Cara Menggunakan Kompas
(Monday, 14 August 2006) - Contributed by Administrator - Last Updated (Thursday, 07 September 2006)

TEHNIK NAVIGASI HANYA DENGAN MENGGUNAKAN KOMPAS
Ini merupakan pengetahuan yang mudah, dan bisa dikatakan tidak cukup untuk mengadakan perjalanan yang aman di
daerah yang tidak dikenal. Hal pertama yang hatus dimengerti adalah ARAH. Utara, Selatan, dan Barat. Perhatikan
kompas anda dan pelajari bagaimana sudut Utara merupakan sesuatu yang sangat penting.
Ada banyak macam kompas, ada yang pemakaiannya dengan menempelkan pada peta dan ada juga yang
pemakaiannya dengan memempelkan pada ibu jari kita. Kompas ibu jari (kompas bidik) banyak dipakai oleh para
orienteer yang selalu bergerak cepat, dan jenis kompas ini yang biasanya normal dipakai. Tapi ini bukanlah hal yang
tutorial

MENGENAL BAGIAN KOMPAS.
Temukan panah yang berwana merah dan hitam, yang disebut juga jarum kompas. Dan dibeberapa jenis kompas lain
ada yang berwarna merah dan putih. Tapi itinya, bagian yang merah selalu menunjukan arah magnetik bumi yaitu kutup
utara. Hal dasar inilah yang harus dipahami terlebih dahulu. Dan bagaimana caranya jika tujuan kita bukan ke Utara, tapi
arah lain? jawabnya simple saja, yaitu pada bagian kompas terdapat bagian yang bisa diputar yang disebut juga rumah
kompas. Pada bagian atas sisi dari rumah kompas akan ditemukan skala yang menunjukan angka 0 sampai 360 atau
dari 0 samapai 400. Itu semua adalah sudut derajat atau bearing dan kita juga akan menemukan huruf abjad N, S, W
dan E yang diartikan sebagai North (Utara), South (Selatan), West (Barat) dan East (Timur). Jika kita hendak menuju
kearah diatara dari dua arah diatas, yang dilakukan adalah mengkombinasikannya. Misalnya kita akan menuju kearah
diatara Utara dan Barat yaitu Barat Laut: yang dilakukan adalah, temukan sudut barat Laut pada rumah kompas, dan
putar rumah kompas sehingga sudut barat Laut berada persis diatas ujung penunjuk arah pada rumah kompas.
Peganglah kompas secara datar dengan begitu jarum kompas bisa berputar bebas, kemudian putarlah tubuh dan tangan
sehingga bagian utara dari jarum kompas yang berwarna merah menempel sama dengan bagian utara pada rumah
kompas. Hati-hati karena bagian ini sangat penting untuk diperhatikan. Jika sudut selatan jarum kompas yang menempel
pada utara rumah kompas, maka artinya kita berjalan pada arah berlawanan dari arah yang kita tuju. perhatikan hal ini
karena banyak pemula yang melakukan kesalahan pada bagian ini. Jadi selalu perhatikan untuk memastikan posisi kita
sudah benar.Prolem kedua yang kita sebut dengan local magnetic attraction.
Jika kita membawa sesuatu benda yang mengandung besi, hal ini akan memungkinkan terganggunya jarum kompas.
Bahkan staple pada peta akan memungkinkan terganggunya jarum kompas. Pastikan tidak adanya hal sejenis diatas
disekeliling kompas. Hal lain yang memungkinkan terjadinya gangguan magnetik pada tanah yang disebut juga magnetic
deviation, tapi hal ini jarang terjadi. Hal ini akan mungkin terjadi jika kita berada pada wilyah penambangan mineral yang
mengandung biji besi. Jika kita sudah yakin pada posisi yang benar, berjalanlah pada arah yang ditunjukan oleh ujung
penunjuk arah pada rumah kompas. Untuk menghindari keluar dari jalur, pastikan untuk selalu mengawasi kompas
secara kontinyu, katakan saja setiap seratus meter kita cek selalu posisi kompas. Tapi ini kadang cukup melelahkan
untuk menunduk terus, jalan keluarnya adalah temukan sesuatu objek yang jelas dan gampang dikenal pada jalur
lintasan kita dan pergilah menuju titik tersebut dari sana kemudian lakukan lagi hal yang sama dan jangan sampai
menyimpang dari titik koordinat lintasan kita. Tapi hal ini akan lebih penting lagi bila kita mempunyai peta. Ada hal yang
harus diperhatikan untuk menghindari menuju arah yang salah, yaitu : Matahari, pada sore hari matahari kira-kira berada
di Selatan (atau di Utara pada wilayah sounthern hemisphere), jadi jika anda menuju arah utara dan mendapatkan sinar
matahari pada wajah, itu artinya anda harus melakukan penentuan arah lagi.KAPAN KITA MEMERLUKAN TEHNIK
KOMPAS INI?
Jika kita berada dialam terbuka tanpa peta, dan kita tidak tahu berada dimana, tapi kita mengetahui adanya jalan, trail,
kali kecil , sungai atau sesuatu yang besar atau panjang yang mudah dikenali jika kita menuju arah yang benar. Dan kita
mengetahui arah mana yang harus ditempuh, setidak-tidaknya kira-kira kearah mana. Kemudian yang perlu dilakukan
adalah, arahkan penujuk arah pada rumah kompas ke arah yang akan dituju kemudian putarlah rumah kompas sehingga
jarum kompas yang berwarna merah menempel sama dengan bagian utara rumah kompas. Ikutilah langkah tersebut
diatas, akan tetapi hal ini saja tidak cukup, karena tidak begitu akurat. kita menuju arah yang benar, dan tidak akan
berputar-putar, tapi ini merupakan keberuntungankarena kita menemukan titik yang bisa dikenali pada lintasan ini.
Karena itulah hal deklinasi tidak dibahas. Karena deklinasi merupakan hal yang berhubungan dengan penggunaan peta.
Tapi jika kita bisa mengimajinasikan peta dan tahu apa itu peta, lakukanlah hal tersebut. Tapi rasa kita tidak akan begitu
akurat jadi deklinasi tidak membuat sesuatu yang berbeda. Jika kita melakukan perjalanan panjang pada medan yang
tidak dikenal, kita harus selalu membawa peta yang baik yang mengambarkan wilayah tujuan kita. Terlebih lagi jika kita
meninggalkan jalan setapak, ini akan lebih membuat penggunakan kompas dan peta lebih interaktif, dan pada saat itulah
kompas akan mejadi sesuatu yang sangat berharga.TIPE DARI KOMPAS
Kompas yang baik mempunyai rumah kompas yang berisi cairan, cairan tersebut menahan jarum kompas, sehingga kita
tidak harus terlalu memeggang kompas dengan posisi yang betul-betul diam. Hindarilah membeli kompas yang tidak
mempunyai cairan dalam rumah kompasnya.
Jarum kompas mempunyai dua warna, jika kompas dipegang rata, bagian merah akan mengarah ke utara dan yang
putih kearah selatan. Hal yang menarik adalah adanya nothern dan southern hemisphere kompas. Ini merupakan
keharusan karena adanya fakta akan bidang garis magnetik, yang mana tempat terpasangnya jarum kompas,
menunjukan sudut bumi pada kutup magnetik utara dan selatan. Pada northern hemisphere bagian ujung utara dari
jarum kompas tertarik kearah bawah, dan ujung utara merupakan pengantisipasi keseimbangan jarum kompas. Jika kita
menggunakan northern hemisphere kompas, katakan saja Australia, bagian ujung utara magnet akan tertarik kearah
bawah dari bidang magnetik, dan juga lebih berat dari pada ujung utara - hal ini membuat jarum kompas terarah dan
berpindah pada bagian bawah dari rumah kompas jika compas di pegang horisontal. Kompas yang baik akan bertahan
http://contents.highcamp.info - highcamp the adventures, Indonesia adventures infoPrmowaetiorend by Mambo Generated: 10 June, 2010, 06:46
lama. akan tetapi, kadang-kadang ada suatu hal yang tidak beres pada kompas, komponen plastiknya rusak, atau rumah
kompasnya bocor. Dalam waktu yang panjang, cairan dalam rumah kompas mungkin akan berubah warna menjadi biru
kehijauan. Dan sangat jarang bidang magnetik dari jarum kompas berubah, misalnya ujung utara erubah menjadi ujung
selatan.ADA DUA MACAM KOMPAS ORIENTEERING.
1.BASE PLATE ATAU PROTRACTOR COMPASS
Jenis kompas ini dikembangkan oleh Kjellstrm bersaudara dimasa era perang dunia ke II dan terdiri dari piringan dasar
bersegi empat, yand diberi tanda dengan anah panah merah yang menunjukan arah axis, dan rumah kompas yang bisa
diputar diberi tanda dengan sudut (360 derajat untuk lingkaran penuh dari keseluruhan dunia, tapi hanya 400 pada
beberapa kompas Eropah). Pada bagian dasar dari rumah berputar dari kompas diberi tanda dengan panah dan set
garis paralel pada tandah panah tersebut. Sebagai tambahan kadang juga ada tali untuk mengikatkan kompas pada
pergelangan tangan, sisi penggaris dengan ukurannya untuk digunakan mengukur jarak pada peta, kaca pembesar
untuk membaca peta lebih baik dan contoh dari lingkaran serta segitiga untuk membuat tanda yang digunakan kursus
orieentaring pada peta.2. THUMB COMPASS (kompas jempol)
Pada pertengahan tahun 1980'an, top Swedia orienteer membuat alternatif pada kompas type dasar piringan dengan
menipiskan dasar piringannya dan menempatkan strap pada kompas yang nantinya akan dipakai pada ibu jari. Kompas
ini dipakai pada ibu jari tangan kiri, yang melekatkannya pada peta. Kelebihan dari system ini adalah peta dan kompas
selalu dibaca sebagai satu unit, peta lebih gampang dan lebih cepat diluruskan, ditambah lagi tangan yang satunya
bebas, kekurangannya adalah karena kakuratannya membuat agak sulit pada bearing. Kecendrungan pribadi biasanya
memutuskan type kompas yang dipakai; pemedang kejuaraan dunia orienteering telah menang dengan menggunakan
kedua type kompas diatas.
Ada dua basic skill yang diperlukan oleh orienteer yaitu, Peta Orienting dan Menghitung Bearing.
MENGGUNAKAN KOMPAS UNTUK ORIENTASI PETA
Ini merupakan keahlian yang mudah, dan juga merupakan hal penting pada penggunaan kompas. sbb:Peganglah peta
secara horisontal
Letakan kompas diatas bidang datar peta
Putar peta sampai garis utara pada peta (bisa ditemukan dua garis lurus berujung panah yang menunjukan utara
magnetik atau bagian atas dari abjad yang terdapat di peta adalah utara peta) sampai sama dengan utara kompas.
Sekarang peta sudah terorientasi pada medan. Ini membuatnya lebih mudah dibaca MENGHITUNG BEARING
Setiap arah bisa dinyatakan sebagai sudut yang terhubung dengan utara. Pada militer ini disebut "Azimuth" dan bearing
dinyatakan sebagai jumlah derajat. Orienteer menggambil jalan keluar yang gampang, dengan mensetting sudut pada
kompasnya dan menjaga jarum kompasnya, dan ini membuat mereka tetap bergerak pada arah yang benar. Instruksi
langkah-langkah mudah cara mengeset bearing ada pada dasar kompas type baseplate adalah:Letakan kompas diatas
peta penunjuk arah mengarah kearah tujuan kita.
Putar rumah kompas sehingga tanda panahnya yang terdapat pada dasar plastiknya paralel dengan panah yang
tegambar pada peta (pastikan mata anak panahnya mengarah ke utara bukan selatan).
Pisahkan kompas dengan peta dan pengganglah peta didepan kita jadi dengan begitu arah perjalanan kita terbentang
didepan kita.
Putarlah tubuh sehingga jarum kompas tepat pada tanda panah didasar rumah kompas.
Pilihlah sebuah objek jelas didepan kita yang terletak dijalur perjalanan kita, ulangi prose ini(cara ini kita bisa memutari
rintangan dan tetap berada pada jalur bearing kita). SEBERAPA PENTINGNYA SEBUAH KOMPAS?
Peralatan yang paling penting yang digunakan pada orienteering adalah otak manusia. Satu peralatan lain yang diijinkan
dan digunakan secara general yaitu: Kompas. Kompas sangat berguna sebagai penghitung bearing dan untuk orientasi
peta, sehingga membuat peta cocok dengan medan. Tapi mungkin, di hampir banyak area, untuk melakukan sebuah
jalur sangat mudah dan efisien tanpa kompas (sebagai pengecualian: akan sangat sulit untuk bernavigasi pada area
yang kurang tanda-tanda alamnya tanpa kompas). Hanya kompas yang legal digunakan pada orienteering. Altimeter
sangat dilarang dan GPS unit termasuk yang dilarang oleh peraturan. Sudah merupakan pernyataan yang jelas kalau
GPS unit sangat berguna dan alat yang sangat menolong, tapi saat dipertanyakan bagaimana bila setiap orienteer
mengunakan GPS unit dalam setiap perlombaan? orienteering merupakan hal yang tidak menarik lagi. Bagi pemula
dalam orienting, wajib dan perlu mengenal pengetahuan dasar kompas dan piawai dalam membaca peta.MEMAKAI
KOMPAS DALAM SUATU INTERAKSI DENGAN PETA
Ini merupakan pelajaran yang sangat penting, dan harus kita ketahui secara baik. Bila kita menggunakan kompas dan
peta, maka akan terasa sekali kegunaan kompas, dan kita akan bisa bernavigasi di medan yang tidak dikenal dengan
lebih akurat walaupun tanpa mengikuti jalan setapak. Tapi ini membutuhkan latihan dan pengalaman, disini kita tidak
membahas secara khusus mengenai peta, sebab hal tersebut bisa anda dapatkan pada subjek lain di situs ini. Tapi
pelajaran ini akan lebih bermafaat jika kita juga mempunyai kemampuan merasakan apa yang dikatakan oleh
peta.Kembali ke pelajaran kompas.
Pada prinsipnya pelajaran ini sama dengan yang sebelumnya, kita akan menggunakan peta untuk mengetahui yang
benar dan bukan berdasarkan intuisi kita.
Pegang Peta: Pada contoh kita yang pertama, kita perhatikan peta yang dibuat untuk orintasi, dan ini sangat jelas???
sebenarnya tidak juga, mari kita lihat peta yang kita buat secara fiktif dalam imaginasi kita.
Menuju Titik: Kita akan bergerak dari jalan setapak melintasi titik A ke arah batu di B. Tentu saja untuk membuat metode
ini bisa berhasil kita harus tahu betul posisi kita di titik A tersebut. Apa yang kita lakukan? letakan kompas diatas peta
http://contents.highcamp.info - highcamp the adventures, Indonesia adventures infoPrmowaetiorend by Mambo Generated: 10 June, 2010, 06:46
sehingga sisi dari kompas ada pada titik A. Sisi tersebut harus kita gunakan, sisi tersebut harus paralel dengan arah dari
panah penunjuk arah perjalanan. Dan kemudian tempatkan titik B disuatu tempat disepanjang sisi yang sama,
gambarannya seperti itu. Tentu saja, kita bisa menggunakan panah penunjuk arah tersebut, atau satu dari garis paralel,
tapi biasanya, lebih mudah menggunakan sisi. Pada titik ini, beberapa instruktor mengatakan bahwa kita harus
menggunakan pencil dan menggambarkan garis sepajang arah kita. Tapi sebaiknya jangan, pertama, ini membutuhkan
waktu, kedua, jika kita mendapatkan cuaca yang basah, akan membuat rusak peta kita, atau jika berangin, kita mungkin
akan kehilangan peta tersebut. Kita harus menyimpan peta (sebaiknya dalam kantong anti air) yang transparan. Dan jika
berangin ikatkan pada lengan atau ransel kita. Yang paling penting adalah jika kita menggambarkan terlalu banyak garis
pada peta, iniakan membuat kita akan kehilangan hal-hal yang detail pada peta tersebut.
Saatnya untuk berhati-hati: Sisi dari kompas, atau juga panah penunjuk arah, harus mengarah dari titik A ke B. dan lagi,
jika kita melkukannya dengan salah, kita akan melangkah kearah yang berlainan dari arah yang seharusnya kita tuju.
Jadi selalu periksa lagi, para pemula kadang membuat kesalahan pada point ini.
Jaga dan tempatkan kompas selalu stedy pada peta: Apa yang akan kita lakukan selanjutnya adalah kita harus
meluruskan garis orientasi dan panah orientasi dengan garis meridian peta. Garis pada peta menuju Utara, jadi, saat kita
meluruskan sisi kompas dengan hati-hati dari A ke B, putar rumah kompas sehingga garis orientasi pada rumah kompas
sejajar dengan garis meridien peta. Selama proses ini, jangan perdulikan apa yang terjadi pada jarum kompas. Ada
beberapa kesalahan serius yang bisa terjadi disini. Mari kita ambil masalah tersebut dengan mengambil arah lawannya
terlebih dahulu. Kita harus benar-benar mengerti dimana utara pada peta, dan benar-benar yakin kalau panah orientasi
mengarah kearah utara pada peta. Normalnya, utara adalah bagian atas dari peta. Kesalahan yang mungkin terjadi
adalah membiarkan panah orientasi mengarah ke arah selatan dari peta.
Dan kemudian, perhatikan sisi dari kompas: Jika sisinya mengarah sepanjang garis dari A ke B maka saat kita selesai
memutar rumah kompas, kita akan mendapatkan kesalahan pada arah kita, dan bisa membuat kita keluar dari jalur. Jika
kita yakin menggunakan rumah kompas dengan benar, kita bisa memisahkan kompas dengan peta. Dan sekarang, kita
bisa dengan nyata membaca bering dari rumah kompas, dari arah dimana rumah kompas bertemu dengan panah
penujuk arah. Yakinkan jika rumah kompas tidak berputar, sebelum kita mencapai titik B. Langkah terakhir adalah sama
dengan pelajaran sebelumnya. Pegangalah kompas pada tangan. Dan sekarang kita harus memegannya sedatar
mungkin, sehingga jarum kompas bisa bebas berputar. Lalu putarlah tubuh kita sehingga jarum kompas sejajar dengan
garis didalam rumah kompas. Kesalahan lagi jika kita membiarkan jarum kompas mengarah ke selatan. Bagian merah
dari jarum kompas harus menunjukan arah utara pada rumah kompas, atau kita akan bergerak kearah yang berlawanan.
Saatnya untuk bergerak: Tapi untuk melakukan itu dengan akurasi yang optimal, kita harus melakukannya dengan cara
yang special juga. Peganglah kompas ditangan, dengan jarumnya sejajar dengan arah panah orienting, kemudian bidik
sasaran sehati-hati mungkin, pada arah menunjuk ke arah dari panah perjalanan. Carilah sesuatu yang bisa dijadikan
tanda di medan yang dituju, dan berjalanlah kearah sana. Saat bergerak pastikan bahwa rumah kompas tidak berputar.
Jika kita di hutan yang rapat, kita harus selalu mencari arah beberapa kali. Dengan cara ini diharapkan kita bis mencapai
titik B dengan selamat. Akan tetapi, kadang-kandang atau sering juga terjadi apa yang disebut dengan magnetic
declination. MENENTUKAN ARAH TANPA KOMPAS
Kita tersesat, benar-benar tersesat. Berdiri disuatu tempat yang tidak kita ketahui, dan kita tidak tahu harus kemana. Kita
dalam masalah, hal yang pertama yang harus diingat adalah, Tetap tenang, berpikir rasional, dan kita bisa bertahan
dalam waktu lama tanpa makan. Yang kita butuhkan adalah air. Hal yang lebih detail tentang survival ada pada bagian
lain dari situs ini. Disini hanya membahas bagaimana menghadapi situasi mencari jalan tanpa kompas. Apa yang kita
punya adalah, matahari, bintang, dan alam disekeliling kita. Halaman ini lebih membahas bagian dari northern
hemisphere dari bumi, utara sebenarnya 23.5° , akan tetapi metode yang dijelaskan disini juga bisa berlaku di southern
hemisphere, tapi dibeberapa tempat mungkin perlu untuk menukar utara jadi selatan agar menjadi benar. Sangat
diharapkan agar kita bisa memahaminya.Sebagai permulaan: Mungkin akan merupakan ide yang bagus untuk mendaki
keatas bukit, dan melakukan orientasi pada alam sekeliling. Cobalah untuk mencari tanda-tanda dari kehidupan
manusia. Jika tidak menemukan apa-apa, kita harus mencoba menemukan arah yang baik untuk memulai pergerakan.
jika kita tidak mempunyai peta, cobalah menggambarnya jika kita bisa memandang medan didepan kita, dan cobalah
menandai dimana utara dengan cara menggunakan metode dibawah. Jika kita mempunyai peta, cobalah untuk
menentukan dimana kita berada, Ingat, kita tidak harus mendaki lagi bukit yang seharusnya tidak kita daki. Juga kita
harus hati-hati untuk tidak mendaki dan memboroskan energi karena kita sudah sangat lelah. Pada saat seperti ini kita
seharusnya tetap berada dimana kita berada. Cara mencari perhatian untuk bantuan ada pada bagian survival pada
situs ini.
Mari kita mulai dengan metode yang paling akurat:
Pada metode ini sangat dibutuhkan langit dalam keadaan cerah, dan membutuhkan banyak waktu. Salah satu dari
keuntungannya adalah kita tidak membutuhkan peralatan apapun. Yang diperlukan hanyalah sebuah tongkat kira-kira
dengan panjang 1 meter, dua tongkat kecil atau batu. tongkat lain atau batu yang perlu sedikit diruncingkan dan sesuatu
yang bisa dipakai sebagai tali.
Pagi hari, atau paling tidak sebelum siang, trik dimulai: Tancapkan tongkat yang panjang diatas tanah. Dan tanah
disekitar tongkat harus datar. Sekarang, kita bisa meletakan salah satu tongkat kecil diatas tanah persis dimana ujung
bayangan dari tongkat. Kemudian ikatkan tali pada dasar dari tongkat, dan ikat juga tongkat yang kecil pada masinghttp://
contents.highcamp.info - highcamp the adventures, Indonesia adventures infoPrmowaetiorend by Mambo Generated: 10 June, 2010, 06:46
masing ujungnya
http://contents.highcamp.info - highcamp the adventures, Indonesia adventures infoPrmowaetiorend by Mambo Generated: 10 June, 2010, 06:46

Latar belakang Masalah, Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian


Latar belakang Masalah,
Rumusan Masalah  dan Tujuan Penelitian
  
Latar Belakang Penelitian
Sebenarnya, latar belakang penelitian merupakan sebab-sebab (alasan) mengapa suatu masalah atau hal itu menarik untuk diteliti. Alasan tersebut dapat diperinci menjadi alasan objektif dan alasan subjektif. Alasan objektif merupakan alasan yang langsung menyangkut topik penelitian dengan objek yang akan diteliti. Secara objektif, alasan penelitian dilakukan dapat dikategorikan menjadi beberapa hal yaitu :
a.     Arti penting atau peranan topik pembicaraan/ penelitian
Maksudnya, topik pembicaraan/penelitian yang diangkat akan memberikan manfaat dan peranan yang penting dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan kehidupan sehingga hal tersebut harus diteliti.
b.     Perlunya pengembangan/peningkatan di bidang topik penelitian
Ini merupakan lanjutan dari penelitian/ hasil/teknologi yang telah ada terdahulu. Dengan pengembangan penelitian yang dilakukan akan menghasilkan kemanfaatan yang lebih besar bagi ilmu pengetahuan, ditemukannya metode/teknologi baru yang lebih efektif, dan lain-lain yang merupakan hasil tindak lanjut dari yang sudah ada sebelumnya.
c.     Perlunya saran/masukan sebagai bahan pembinaan/ peningkatan/ pengembangan di bidang topik penelitian.
Ini merupakan penelitian yang akan dilakukan untuk menguji ulang atau mendapatkan hasil yang baru sesuai dengan topik penelitian yang sama. Sehingga hasil yang diperoleh nantinya akan berguna sebagai bahan pertimbangan untuk peningkatan/pengembangan hasil penelitian tersebut.
d.     Perlunya penelitian dilakukan untuk alasan kemanfaatan praktis (terapan, keterampilan, pengetahuan, dll) atau alasan kemanfaatan keilmuan (pengembangan teori, dll).

Latar belakang secara objektif kebanyakan merupakan alasan yang diperoleh karena masalah yang akan menjadi topik penelitian sudah ada sebelumnya, atau sudah diangkat sebelumnya. Sehingga dalam latar belakang penelitian, perlu diberikan tinjauan pustaka, data-data kuantitatif maupun kualtatif serta acuan berbagai masalah yang berkaitan dengan objek atau topik penelitian anda. Secara garis besar, dalam latar belakang diberikan informasi baik dari acuan pustaka maupun hasil observasi awal yang telah dilakukan terhadap topik penelitian itu. Contoh latar belakang penelitian secara objektif adalah sebagai berikut.
Judul : Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya terhadap Struktur Saluran Pencernaan Rattus sp.
Jamu brotowali telah banyak digunakan oleh nenek moyang kita untuk menambah nafsu makan. Jamu brotowali sendiri merupakan campuran dari daun brotowali dan daun pepaya yang dihaluskan untuk diambil sarinya. Pada penelitian terdahulu, telah diperoleh informasi bahwa ekstrak daun pepaya mengandung enzim papain sebesar 0,05% berat basah. Enzim papain sendiri merupakan enzim yang mampu menghidrolisis protein (Suryono, 1999). Oleh sebab itu, ibu-ibu rumah tangga banyak memanfaatkan daun pepaya untuk melunakkan daging.
Sebagian besar sel tubuh kita tersusun oleh protein. Protein juga merupakan komponen penyusun sel epitel saluran pencernaan. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi perubahan struktur saluran pencernaan pada tikus yang sesaat diberi ekstrak daun pepaya. Penelitian ini penting dilakukan karena bila ternyata terjadi perubahan struktur saluran pencernaan yang mengarah ke abnormalitas fungsi, maka dalam mengkonsumsi jamu brotowali perlu diwaspadai.

Sedangkan secara subjektif, sebab mengapa penelitian dilaksanakan adalah karena keterkaitan antara peneliti dengan objek penelitian. Alasan subjektif menyangkut diri subjek/peneliti sendiri, misalnya karena adanya hubungan atau pengalaman tertentu antara subjek terhadap objek penelitian. Untuk lebih memahami alasan subjektif, bacalah cerita di bawah ini.

Amy tinggal di perumahan padat penduduk yang sebagian besar mata pencaharian warga disekitarnya adalah pedagang. Kebetulan, disamping rumah Amy adalah rumah Ibu Yum yang berjualan Lotek. Suatu ketika, Amy memesan lotek pedas di rumah Ibu Yum. Amy heran ketika melihat Ibu Yum memasukkan dan menghaluskan gagang lombok beserta bumbunya. Tanya Amy, ”Kenapa gagang lomboknya dimasukkan, tidak dibuang Bu?”. Ibu Yum menjawab ”Supaya tidak sakit perut karena kepedasan”.
Karena Amy seorang yang kritis, dia menangkap adanya permasalahan bahwa bagaimana bisa gagang lombok dapat mencegah sakit perut akibat pedasnya cabe. Dari alasan itulah kemudian Amy mencari informasi lebih banyak lagi dengan melakukan serangkaian metode ilmiah.

Dari alasan tersebut, terlihat bahwa Amy memulai penelitian dengan alasan subjektif. Adanya ketertarikan akibat pengalaman tertentu yang dialami oleh Amy tersebut mengantarkan Amy memulai sebuah penelitian.

Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan tindak lanjut dari penemuan suatu masalah. Permasalahan yang ingin dicari jawabannya harus sungguh-sungguh tegas dan jelas. Perumusan masalah merupakan usaha untuk menyatakan secara tertulis pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicari jawabannya melalui penelitian. Dalam merumuskan masalah juga seharusnya tidak asal-asalan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan suatu permasalahan
a.     Dalam merumuskan masalah hendaknya diketahui kedudukan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian lain. Apakah permasalahan yang diangkat benar-benar baru dan belum pernah ada sebelumnya, atau permasalahan yang diangkat merupakan tindak lanjut, pengembangan, atau pengulangan penelitian yang telah ada sebelumnya. Perlu diketahui juga masalah mana yang sudah dijawab dalam topik penelitian sebelumnya, mana yang belum dijawab.
b.     Dari masalah atau pertanyaan yang belum terjawab itu dipilih pertanyaan yang dapat menjadi topik penelitian.
c.      Masalah yang dirumuskan harus spesifik, jelas, singkat, dan padat yang dirumuskan dalam kalimat tanya. Mengapa kalimat tanya? agar dalam melakukan penelitian, semua terarah untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan penelitian tersebut fokusnya untuk pemecahan masalah.
Semua perumusan masalah (atau ada juga yang menyebut dengan pertanyaan penelitian) harus dapat mencerminkan tujuan penelitian tersebut dilaksanakan. Perumusan masalah tidak boleh terlalu luas dan menyebar. Jika mungkin, dibuat sub-masalah yang lebih spesifik agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah.
Contohnya, dalam perumusan masalah dipertanyakan
Bagaimana gagang lombok dapat mencegah sakit perut akibat rasa peda cabe?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan satuan yang selaras dari perumusan masalah dan manfaat penelitian. Secara umum, tujuan penelitian adalah pernyataan jawaban atas pertanyaan mengapa anda ingin melakukan penelitian tersebut. Biasanya dalam penulisan tujuan adalah sesuai dengan perumusan masalah.
Tujuan penelitian dapat dibedakan menjadi tujuan umum (general purposes) dan tujuan khusus (spesific purposes). Adanya tujuan ini dimaksudkan pula agar apa yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini dapat diketahui dan dapat diukur tingkat keberhasilannya. Penulisan tujuan dirumuskan dalam bentuk kalimat yang afirmatif. Bila sekiranya akan timbul perbedaan penafsiran, perlu diberikan definisi istilah dan variabel-variabel penelitian yang bersangkutan.
Contohnya, dalam perumusan masalah dipertanyakan Bagaimana pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap struktur sel epitel saluran pencernaan pada tikus putih?
Maka tujuan penelitiannya (Spesific purposes) adalah :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap struktur sel epitel saluran pencernaan pada tikus putih.

Manfaat Penelitian
Pada intinya, manfaat penelitian menguraikan seberapa jauh kebergunaan dan kontribusi hasill penelitian anda. Manfaat penelitian/penulisan dapat diuraikan secara terpisah. Maksudnya, manfaat penelitian tersebut dapat diperinci lagi kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penelitian anda. Manfaat penelitian dapat dibedakan menjadi kepentingan praktis, kepentingan bidang keilmuan, atau kepentingan bidang profesi peneliti, instansi/organisasi, atau kelompok tertentu.

Modul Mineral


M
acam-macam sifat fisis mineral yang terpenting dalam pengamatan mineral secara megaskopis adalah :
1.      Warna (Colour)
2.      Kilap (Luster)
3.      Cerat (streak)
4.      Belahan (cleavage)
5.      Pecahan (fracture)
6.      Kekerasan mineral (hardness)
7.      Sifat dalam  (tetanitas)
8.      Berat jenis (specific gravity)
9.      Kemagnitan (magnitisme)
10.  Kelistrikan (electric)
2.1. Warna.
Warna mineral adalah warna yang kita tangkap dengan mata bilamana mineral tersebut terkena sinar. Warna ini penting untuk membedakan antara warna yang disebabkan oleh campuran atau pengotoran dan warna asli elemen-elemen utama pada mineral tersebut. Banyak pula mineral yang dinamakan berdasarkan warna mineralnya misalnya :
Albit (bahasa Yunani albus = putih)
Chlorit (bahasa Yunani chloro = hijau)
Melanit (bahasa Yunani melas = hitam)
Rhodonit (bahasa yunani rodon = merah jambu)
Eritorit (bahasa Yunani erythos =merah)
Warna asli dari elemen-elemen utama pada mineral (ediochromatis), yaitu merupakan warna yang tetap dan karakteristik, misalnya :
Pirit          = kuning loyang
Magnetit  = hitam
Malachit  = hijau
Belerang   = kuning
Azurit       = biru
Warna karena adanya pengotoran (allochromatis) ini merupakan warna yang tidak tetap atau tidak berubah-ubah, misalnya :
Kwarsa – tidak berwarna tetapi karena pengotoran warna dapat berubah-ubah menjadi :
-          violet (amesthyst)
-          merah jambu
-          coklat kehitam-hitaman dan lain sebagainya.
Halit – warnanya bermacam-macam :
-          abu-abu
-          kuning
-          coklat gelap
-          merah jambu
-          dan bervariasi biru.
Di samping itu ada beberapa elemen terutama pada mineral-mineral berat yang memberikan efek warna tertentu, misalnya :
Mineral sekunder mengandung :
-          Tembaga – hijau kebiruan
-          Vanadium – merah
-          Uranium – kuning
-          Mangan dalam silikat karbonat merah jambu
-          Silikat berbesi – hijau gelap sampai hitam.
Bagi orang yang berpengalaman dan mempunyai keahlian untuk membedakan, maka warna sangat berguna untuk menentukan nama mineral. Warna berhubungan langsung  dengan komposisi seprti pada mineral-mineral yang mengandung unsur : Ti, V, Mn, Fe, Ni, Co, dan unsur-unsur Cu. Ada kalanya warna mineral telah diperkuat oleh adanya sebuah unsur yang terdapat dalam dua jenis valensi, misalnya pada mineral yang mengandung besi, apabila besi itu seluruhnya terdapat dalam satu valensi (fero atau feri saja) biasanya berwarna pucat, tetapi jika terdapat dalam dua valensi (fero dan feri) akan berwarna hijau tua hingga hitam.
2.2. Kilap (luster)
Merupakan sifat optis dari mineral yang rapat hubungannya dengan refleksi dan refraksi. Kilap sebagai hasil pantulan cahaya dari permukaan mineral . Intensitas dari kilap sebenarnya tergantung kwantitas cahaya pantul dan pada umumnya tergantung pada besarnya indeks refraksi mineral.
            Kilap dapat dibagi mejadi ;
a) Kilap logam (metalic luster)
Mineral – mineral opak dalam fragmen-fragmen yang tipis dan mempunyai indeks refraksi ( n = 3 ) atau lebih pada umumnya mempunyai kilap logam, misal : pirit, galena, sulfida, logam alam.
b) Kilap sub metalik
Kilap sub metalik terdapat pada mineral –mineral semi opak sampai opak dan mempunyai indeks refraksi (n = 2,6 dan 3). Contoh : mineral cuprit, cinabar, hematit, alabandit.
c) Kilap bukan logam (non metalic luster) 
            Kilap bukan logam biasanya terlihat pada mineral-mineral yang mempunyai warna-warna muda dan dapat melukiskan cahaya pada bagian-bagian yang tipis. Kilap bukan logam dapat dibadakan menjadi :
-    Kilap kaca (vitreous luster)
Kilap seperti pada pecahan kaca, contoh : kwarsa, flourit, halit, karbonat, sulfat, silikat, spinel, corundum, garnet, leucit.
-    Kilap intan (adamantine luster)
Adalah kilap yang sangat cemerlang seperti berlian. Contoh : intan, zircon, kasiterit, belerang, rutil.
- Kilap damar (resinous luster)
kilap seperti pada damar, kombinasi dari warna kuning dan coklat. Contoh : sfalerit.
-    Kilap lemak (greasy luster)
Kilap seperti lemak, seakan-akan berlapis dengan lemak. Contoh : nefelin, halit yang sudah berhubungan dengan udara bebas.
- Kilap sutera ( silky luster)
Kilap seperti sutera, biasanya terdapat pada mineral-mineral yang menyerat. Misalnya : asbes, serpenten, gips.
-    Kilap mutiara ( pearly luster)
Kilap seperti mutiara, biasanya terlihat pada bidang-bidang belah dasar. Contoh : talk, mika, gips yang kristalnya kasar.
- Kilap tanah (earthy luster)
Kilap yang biasanya terlihat pada mineral-mineral yang kompak. Contoh : kapur, diatomea, kaolin, pirolusit.
-    Kilap lilin (waxy luster)
Kilap seperti lilin, contoh : serpenten, cerargirit.
Pada umumnya orang dapat dengan mudah sekali membedakan antara kilap logam, dan bukan logam. Akan tetapi biasanya tidak dapat atau sukar melihat dengan teliti perbedaan jenis kilap lainnya. Padahal justru perbedaan itulah yang sangat penting untuk penentuan (determinasi) dari suatu mineral.
2.3. Cerat/gores (streak)
            Cerat ini membedakan dari dua mineral yang warnanya sama akan tetapi warna ceratnya berbeda. Gores/cerat lebih dapat dipercaya dari pada warna, karena lebih stabil.
            Mineral yang kekerasannya kurang dari 6, cerat dapat diperoleh dengan menumbuk mineral tersebut sampai halus dengan menggunakan palu. Mineral-mineral silikat biasanya mempunyai gores putih kadang-kadang abu-abu coklat. Mineral-mineral oksida, sulfida, karbonat, dan phosphat, arsenat, sulfat juga mempuyai goresan yang karakteristik. Untuk mineral-mineral yang transparan dan translusent mempunyai kilap bukan logam mempunyai gores lebih terang dari warnanya, sedangkan mineral-mineral  dengan kilap logam kerap kali mempunyai gores yang lebih gelap dari warnanya. Pada beberapa mineral  warna dan gores sering menunjukkan warna yang sama.
Misalnya :
Cinabar     warna dan goresnya merah.
Magnetit   warna dan goresnya hitam
Lazurit      warna dan goresnya biru
Tetapi juga ada mineral warna dan goresnya berlainan.
Contohnya :
Hematit - warna abu-abu hitam – gores hitam
Pirit – warna kuning loyang – gores hitam
Biasanya mineral-mineral yang transparant dan translusent mempunyai gores yang putih atau tidak berwarna, atau warna-warna yang muda. Oleh karena itu gores ini sangat penting untuk  penentuan mineral-mineral opaque yang sangat translusent.
Contoh :
Emas – kuning
Molibdenit – kehijau-hijauan
Grafit – hitam
2.4. Belahan
Adalah suatu sifat fisika mineral yang mampu belah yang disebabkan oleh tekanan dari luar atau pemukulan dengan palu. Yang dimaksud dengan belah di sini adalah bila mineral kita pukul tidak hancur tetapi terbelah-belah melalui bidang-bidang belah yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifat ini, sehingga dipakai istilah mudah dibelah, sukar dibelah, atau tidak dapat dibelah. Mineral-mineral yang mempunyai belahan yang baik adalah ;
-          Muskovit atau biotit mempunyai belahan satu arah, jadi dapat terbelah berupa lempeng-lempeng tipis.
-          Feldsfar dan Pyroxene (augit) mempunyai belahan dua arah tegak lurus.
-          Hornblende mempunyai belahan dua arah yang membentuk sudut 1240.
-          Halit (NaCl) mempuyai belahan tiga arah yang saling tegak lurus.
-          Calcite mempunyai belahan tiga arah yang tidak saling tegak lurus.
2.5. Pecahan
            Bila tidak membelah secara teratur, maka mineral akan pecah dengan arah yang tidak teratur. Ada beberapa macam pecahan :- Concoidal : memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan pecahan seperti kenampakan kulit kerang atau botol pecah.
Contoh : Kwarsa.
- Splintery / fibrous : menunjukkan gejala seperti serat. Contoh : Asbestos, Augit, Hypersthene.
- Uneven atau ireguler : permukaan kasar tidak teratur.
Contoh : garnet, hematite, chalcopyrite.
- Hackly : permukaan tidak teratur dengan ujung-ujungnya yang runcing.
Contoh : native metals (Cu Ag).
2.6. Kekerasan (hardness)
            Kekerasan mineral diperlukan untuk mendapatkan perbandingan kekerasan mineral satu terhadap mineral yang lain, denganj cara mengadakan saling gores antar mineral. Perlu diketahui bahwa kekerasan mineral ke segala arah ditentukan oleh parameter tiap-tiap poros kristalografinya. Sehingga untuk mineral satu mungkin ke segala arah sama keras dan untuk mineral lainnya tidaklah demikian. Untuk menguji kekerasan yang lazim ditentukan dengan menggunakan skala keras Mosh yang terdiri dari 10 macam kekerasan berturut-turut dari yang terlunak sampai yang terkeras adalah  dalam     tabel 1.
            Cara menentukan kekerasan dilakukan dengan menggores mineral skala Mosh pada mineral yang akan diselidiki. Agar tidak merusak mineral-mineral skala Mosh dalam penentuan kekerasan kita harus selalu memulai menguji kekerasan mineral yang diselidiki dengan mineral skala keras yang paling keras dalam hal ini adalah intan, dan selanjutnya secara bertahap kita turunkan pengujian dengan mineral skala keras di atasnya (lihat tabel 1). Pengujian akan kita hentikan bila mineral yang kita selidiki tidak tergores oleh mineral skala keras. Jadi skala kekerasan mineral itu sama dengan kekerasan mineral skala keras yang dipakai untuk mengujinya.
Tabel 1
Skala Keras Mosh

Kekerasan
Mineral
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Talk
Gipsum
Kalsit
Flourit
Apatit
Ortoklas
Kwarsa
Topas
Korondom
Intan
Tergores kuku
Tergores kuku, kekerasan kuku =2
Tergores pecahan botol, atau pisau
Tergores pecahan botol, atau pisau
Tergores dengan sukar oleh pisau
Tergores pisau atau pecahan botol.
Tergores pisau
Tergores pisau
Tergores pisau
Tergores pisau
           
Dalam keadaan lain dapat juga terjadi umpama suatu mineral katakanlah tergores oleh kwarsa tetapi tidak tergores oleh ortoklas, di sini kita hadapi mineral yang memepunyai kekerasan 6½.
            Janganlah menguji pada satu muka mineral saja, tetapi juga pada bagian muka lainnya, sebab kemungkinan mineral tersebut kekerasannya tidak seragam pada segala arah.
2.7. Sifat dalam (tetanitas)
            Sifat mineral adalah sifat mienral itu bilamana kita berusaha untuk mematahkannya, menghancurkannya, membengkokkannya, ataupun mengiriskannya. Termasuk sifat dalam adalah :
- Rapuh : mudah hancur tetapi dapat dipotong-potong, contoh pada mineral kwarsa, ortoklas, kalsit, pirit.
- Mudah ditempa : dapat ditempa menjadi lapisan yang tipis, seperti pada emas dan tembaga.
- Dapat diiris atau sectile : dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh. Contoh pada Gipsum.
- Fleksibel : mineral berupa lapisa tipis dapat dibengkokkan  tanpa menjadi patah dan sesudah menjadi bengkok kembali lagi seperti semula. Contoh : pada mineral talk, selenit.
- Elastis : berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah dan kembali sebagai semula bila kita berhenti menekannya. Contoh : mineral muskovit.
2.8. Berat Jenis (specific grafity)
            Berapa gram berat mineral, jika volumenya 1 cm3. Cara mengukur berat jenis mineral   ada beberapa macam :
1)      Dengan piknometer
2)      Dengan gelas ukur
3)      Dengan neraca air  
1) Dengan piknometer
Mineral ditimbang, misal beratnya = G gram. Piknometer penuh air dan mineral (diluar piknometer)   bersama-sama ditimbang beratnya =  p gram. Piknometer penuh air dimasuki mineral kemudian ditimbang beratnya = q gram.
Berat air yang tumpah = (p-q) gram.
Volume air yang tumpah = (p-q) cm3.
                                                    G
Jadi berat jenis mineral = S = ----------- gram / cm3.
                                                  (p-q)
2) Dengan gelas ukur
Mineral ditimbang misal beratnya =G gram.
Mineral diukur volumenya dengan gelas ukur misalnya = V cm3.
Jadi berat jenis mineral = S= G/V gram/cm3.
3) Dengan neraca air
Mineral di udara ditimbang, beratnya = G gram
Mineral di dalam air ditimbang , beratnya = A gram.
Gaya Archimides  =FA = (G-A) gram = berat air yang dipindahkan oleh mineral itu.
Volume air yang dipindahkan oleh mineral itu = volume mineral itu = (G-A)
                                                   G
cm3.  Jadi berat mineral = S = --------- gram /cm3.
                                                       G – A
2.9. Kemagnitan
            Kemagnitan, adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnit. Dikatakan sebagai Ferromagnetik bilamana mineral dengan mudah tertarik gaya magnetik, seperti mineral Magnetit dan Pyrrotite. Mineral-mineral yang menolak gaya magnit   disebut mineral Diamagnetik ; dan mineral yang hanya tertarik oleh gaya kuat dari elektromagnetik dkatakan sebagai Paramagnetik .
            Untuk melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak, kita gantungkan pada seutas benang   sebuah magnit dan dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan padanya. Bila benang bergerak mendekatinya berarti mineral tersebut Magnetik. Kuat tidaknya bisa terlihat  dari besar kecilnya sudut yang dibuat benang tersebut dengan garis vertkal.
2.10. Kelistrikan
            Kelistrikan, sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua yaitu sebagai pengantar arus atau konduktor dan yang tidak mengantarkan arus listrik atau non konduktor . Di dalam praktek batas ini tidak tegas demikian sehingga kita jumpai istilah semi konduktor, yaitu mineral bersifat sebagai konduktor dalam batas-batas tertentu.
            Ternyata terdapat keeratan hubungan antara konduktivitas dengan arah daripada poros – poros kristalografi. Umpamanya pada mineral Hematit konduktivitas ke arah tegak lurus poros c ada dua kali lipat bila dibandingkan dengan rah sejajar poros c.
            Beberapa mineral yang konduktiv adalah mungkin menimbulkann muatan listrik dengan jalan merubah-rubah suhu yang disebut Pyroelectricitas atau dengan jalan memberi tekanan tertentu atau piezoelektrisitas . Biasanya kristal yang tidak mempunyai titik pusat simerti adalah piezoelektrik  dan kristal yang berporos poler biasanya bersifat pyroelektrik.
            Sifat-sifat elektrik lainnya seperti diafanietas, Luminesensi, radioaktivitas, rabaan, rasa, dan sifat permukaan tidak dibicarakan di dalam moduil ini.



DESKRIPSI MINERALOGI
B
ab ini meliputi diskripsi dari seluruh mineral dan terutama mineral yang memiliki nilai ekonomi saja. Mineral-mineral dalam modul ini berdasarkam komposisi kimianya sehingga tersusun sebagai berikut :
  1. Elemen –elemen natif
  2. Sulfida
  3. Halida
  4. Oksida dan hidroksida
  5. Karbonat
  6. Nitrat
  7. Tungsten dan molibden
  8. Phaspat, arsenat dan vanadian
  9. Sulfat
  10. Borak
  11. Silikat
Diskripsi mineral-mineral ini meliputi beberapa sifat fisik dan sifat optik, seperti :
Nama , rumus kimia
: penamaan mineral yang telah dikenal berikut rumus kimianya
Sistem kristal
: seperti triklin
Belahan
: sempurna (010)
Kekerasan
: berdasarkan skala Mosh yaitu 1-10
Berat jenis (BJ)
: dalam gram /cm3
Kilap
: seperti kilap logam
Warna
: warna asli mineral itu sendiri
Gores
: warna dalam bentuk serbuk halus
Optik
: sifat mineral dibawah mikroskop
Terdapatnya
: peristiwa yang menyebabkan terbentuknya mineral terebut.

4.1. elemen-elemen natif
Emas -au

Sistem kristal
: isometrik
Belahan
: tidak ada
Kekerasan
: 2,5-3
Berat jenis (BJ)
: 19,3
Kilap
: logam
Warna
: kuning
Gores
: kuning
Optik
: opak, isotrop
Terdapatnya
: terutama di dalam urat-urat hidrothermal, umumnya berasosiasi dengan mineral sulfida dan di dalam endapan-endapan letakan (placer).

perak - Ag

Sistem kristal
: isometri
Belahan
: tidak ada
Kekerasan
: 1,5-3
Berat jenis (BJ)
: 10,5
Kilap
: logam
Warna
: putih
Gores
: putih
Optik
: opak, isotrop
Terdapatnya
: di dalam zona-zona oksidasi dari endapan-endapan bijih. Terbentuk karena proses hidrotermal

Tembaga - Cu

Sistem kristal
: isometri
Belahan
: tidak ada
Kekerasan
: 1,5-3
Berat jenis (BJ)
: 8,9
Kilap
: logam
Warna
: merah muda, kusam  yang cepat menjadi merah tembaga, dan kemudian berubah menjadi coklat
Gores
: hitam logam
Optik
: opak, isotrop
Terdapatnya
: terutama di dalam zona oksidasi dari endapan bijih sulfida. Batuan sedimen yang berdekatan dengan ekstrusif basa, dan di dalam rongga-rongga batuan basal.
platina - pt

Sistem kristal
: isometri
Belahan
: tidak ada
Kekerasan
: 4-4,5
Berat jenis (BJ)
: 21,4
Kilap
: logam
Warna
: putih abu-abu sampai abu-abu terang
Gores
: abu-abu
Optik
: opak, isotrop
Terdapatnya
: Magma ultra basa dan di dalam endapan – endapan letakan.

besi - fe

Sistem kristal
: isometrik
Belahan
: tidak ada (010)
Kekerasan
: 4
Berat jenis (BJ)
: 7,3-7,8
Kilap
: logam
Warna
: putih abu-abu sampai hitam
Gores
: abu-abu
Optik
: opak, isotrop
Terdapatnya
: besi banyak terkandung di dalam batuan meteorik. Sedikit di dalam batuan basal.

arsen - as

Sistem kristal
: heksagonal
Belahan
: sempurna (0001)
Kekerasan
: 3,5
Berat jenis (BJ)
: 5.75
Kilap
: logam
Warna
: putih timah sampai abu-abu gelap
Gores
: abu-abu
Optik
: opak, pleokroisme lemah
Terdapatnya
: pada urat-urat hidrothermal, juga didapatkan pada urat-urat batuan berkristal yang berasosiasi dengan nikel, atau perak.

antimon - sb

Sistem kristal
: heksagonal
Belahan
: sempurna (0001)
Kekerasan
: 3-3,5
Berat jenis (BJ)
: 6,68
Kilap
: logam
Warna
: putih timah
Gores
: abu-abu
Optik
: opak, pleokroisme sangat lemah
Terdapatnya
: proses hidrotermal dengan lingkungan temperatur yang tinggi. Sering terdapat bersamaan dengan urat-urat perak , nikel atau timah.

bismut - bi

Sistem kristal
: trigonal
Belahan
: sempurna (0001) baik (0001)
Kekerasan
: 2-2,5
Berat jenis (BJ)
: 9,8
Kilap
: logam
Warna
: putih timah dengan warna merah muda pucat
Gores
: putih
Optik
: -
Terdapatnya
:dalam urat-urat hidrotermal yang berasosiasi dengan mineral perak, nikel, dan timah. Pada pegamtit urat-urat kuarsa dan endapan letakan.

belerang-s

Sistem kristal
: ortorombik
Belahan
: tidak sempurna
Kekerasan
: 1,5-2,5
Berat jenis (BJ)
: 2,1
Kilap
: mendamar sampai melemak
Warna
: kuning belerang sampai coklat kekuningan
Gores
: putih
Optik
: α = 1,9579 , β = 2, 0377, γ = 2,2452 so+
Terdapatnya
: terutama di dalam endapan yang berhubungan dengan proses volkanik atau mata air panas. Di dalam batuan sedimen di dalam kubah gram dan sebagai mineral sekunder dalam endapan bijih.

intan - c

Sistem kristal
: isometrik
Belahan
: sempurna (111)
Kekerasan
: 10
Berat jenis (BJ)
: 3,5
Kilap
: intan sampai lemak
Warna
: bening, putih sampai putih kebiruan, abu-abu, kuning, coklat, orange, merah muda, merah, merah, biru, hijau, hitam.
Gores
: -
Optik
: cerah, isotrop
Terdapatnya
: terutama terdapat pipa-pipa kimberlit, berksiasi, sering di serpentin dan endapan bawah laut yang kaya inklusi inklusi, berbentuk selinder yang membundar,(pipa) dan juga dike, lokasi dalam lempeng benua . Banyak intan merupakan hasil endapan letakan.

grafit-c

Sistem kristal
: heksagonal
Belahan
: -
Kekerasan
: 1-2
Berat jenis (BJ)
: 2,2
Kilap
: tanah sampai logam
Warna
: hitam besi sampai abu-abu baja
Gores
: hitam
Optik
: opak
Terdapatnya
: terutama batuan metamorfosa regional atau kontak, seperti marmer, skis, dan gneis, juga dalam batubara yang termetamorfosakan. Kadang- kadang berasosiasi dengan batuan beku basa dan dengan dike pegamtite dan urat-urat kuarsa.

4.2. SULFIDA
ARGENIT – Ag2s

Sistem kristal
: isometrik
Belahan
: tidak jelas {001} dan{011}
Kekerasan
: 2-2,5
Berat jenis (BJ)
: 7,04
Kilap
: logam
Warna
: hitam sampai abu-abu gelap
Gores
: hitam
Optik
: opak, anisotrop , abu-abu sampai putih
Terdapatnya



: banyak banyak terdapat di bijih perak primer. Terjadi dalam epitermal sepanjang endapan urat-urat sulfida dengan perak merah delima (pirargirit dan polibasit).
kalkosit – cu2S
Sistem kristal
: ortorombik
Belahan
: tidak jelas {011}
Kekerasan
: 2,5-3
Berat jenis (BJ)
: 5,77
Kilap
: logam
Warna
: abu-abu kehitaman sampai hitam
Gores
: abu-abu kehitaman
Optik
: opak, putih kebiruan, anisotrop
Terdapatnya
: salah satu dari mineral tembaga sekunder dari zona supergen pengayaan dari urat-urat sulfida, atau kalkopirit dan pirit memperluas pada daerah yang lebih besar. Mungkin juga berasosiasi dengan bijih tembaga, malachit, azurit, kuprit dan tembaga nativ. Kadang – kadang bersama dari perak. Kalkosit mungkin juga sebuah mineral primer dari urat-urat sulfida, penggantian dari bornit.

bornit – cu2fes4
Sistem kristal
: tetragonal
Belahan
: dalam jejak {111}
Kekerasan
: 3
Berat jenis (BJ)
: 5,0
Kilap
: logam
Warna
: merah tembagaatau perunggu
Gores
:  hitam keabu-abuan yang terang
Optik
: opak, isotrop, coklat kemerahan
Terdapatnya
: berasal dari mineral-mineral bijih primer dan percampuran urat-urat sulfida . Jarang dari hasil alterasi  supergen. Kadang-kadang dapat terjadi dalam lingkungan temperatur tinggi dari pegmatit.

galena - pbs
Sistem kristal
: isometrik
Belahan
: sempurna{001}
Kekerasan
: 2,5
Berat jenis (BJ)
: 7,58
Kilap
: logam
Warna
: abu-abu timah
Gores
: abu-abu timah
Optik
: opak, isotrop
Terdapatnya
: dalam urat – urat hidrothermal dengan spalerit, kalkopirit, pirit, lain-lain sulfida, kuarsa, kalsit, dolomit, barit, dan flourit.

spalerit - zns

Sistem kristal
:
Kubik
Belahan
:
Sempurna {110}
Kekerasan
:
3,5-4
Berat jenis (BJ)
:
3,9-4,3
Kilap
:
Damar sanmpai sub logam
Warna
:
Merah jingga sampai mendekati hitam
Gores
:
Coklat sampai kuning
Optik
:
Cerah, isotrop, n = 2,36-2,47
Terdapatnya
:
Mineral utama dari seng. Ditemukan sepanjang urat-urat mesotermal dengan galena dan lainnya sulfida





kalkopirit - cufes

Sistem kristal
:
Tetragonal
Belahan
:
Tidak jelas {011}
Kekerasan
:
3,5-4
Berat jenis (BJ)
:
4,28
Kilap
:
Logam
Warna
:
Kuning terang sering dengan coklat
Gores
:
Hitam kehijauan
Optik
:
Opak, anisotrop lemah, kuning muda
Terdapatnya
:
Terbanyak bersama tembaga dan lebih sedikit bersama sulfida . Sebagai mineral bijih primer berkarakteristik hipotermal dan urat-urat mesotermal bertemperatur lebih tinggi. Juga terbentuk di bawah kondisi epitermal ke duanya dalam urat dan berbentuk kristal.






millerit - nis
Sistem kristal
:
Trigonal

Belahan
:
Sempurna {1011} dan{0112}

Kekerasan
:
3-3,5

Berat jenis (BJ)
:
5,5

Kilap
:
Logam

Warna
:
Kuning terang muda

Gores
:
Hitam kehijauan

Optik
:
Opak, kuning muda

Terdapatnya
:
Pembentukan mineral pada temperatur rendah oleh alterasi dari mineral nikel


kovelit - cus

Sistem kristal
:
Heksagonal

Belahan
:
Segala arah

Kekerasan
:
1,5-2

Berat jenis (BJ)
:
4,6

Kilap
:
Sub logam sampai damar

Warna
:
Biru

Gores
:
Abu-abu sampai hitam

Optik
:
Cerah dan pleokroik dalam hijau, so+

Terdapatnya
:
Sebagai hasil pengayaan sekunder dan urat-urat bijih tembaga, berasosiasi dengan kalkopirit, bornit.


sinabar - hgs


Sistem kristal
:
trigonal
Belahan
:
Sempurna {1010}
Kekerasan
:
2-2,5
Berat jenis (BJ)
:
8,09
Kilap
:
Intan
Warna
:
Merah sampai merah kecoklatan
Gores
:
Merah menyala
Optik
:
Cerah, merah, so+
Terdapatnya
:
Dari daerah air panas berasosiasi dengan batuan batuan volkanik muda dan dalam lingkungan temperatur rendah.

pirit – fes2

Sistem kristal
:
Kubik

Belahan
:
Tidak ada

Kekerasan
:
6-6,5

Berat jenis (BJ)
:
5,01

Kilap
:
Logam

Warna
:
Kuning terang muda

Gores
:
Hitam kehijauan

Optik
:
Opak, krem muda-kuning, isotrop

Terdapatnya
:
Sebagai mineral sulfida yang terbanyak dan terluas di dalam batuan hampir semua umur. Ia ditemukan dalam urat-urat endapan temperatur rendah sampai temperatur rendah sampai temperatur tinggi. Di dalam batuan beku dan pegmatit, juga di dalam batuan metamorfosa dan sidemen.  


molibdenit – mos2
Sistem kristal
:
Heksagonal

Belahan
:
Tidak sempurna {0001}

Kekerasan
:
1-1,5

Berat jenis (BJ)
:
4,7

Kilap
:
Logam

Warna
:
Abu-abu

Gores
:
Abu-abu kehijauan

Optik
:
Opak

Terdapatnya
:
Karakteristik dari pegmatit fasa kegiatan batuan beku, berasosiasi dengan batuan granit tau pegmatit atau dengan dengan urat-urat kasiterit , wolframit, topas, turmalin, dan garnet. 


kalaverit – aute2
Sistem kristal
:
Monoklin

Belahan
:
Tidak ada

Kekerasan
:
2,5-3

Berat jenis (BJ)
:
9,24

Kilap
:
Logam

Warna
:
Kuning sampai perak

Gores
:
Abu-abu kekuningan

Optik
:
Opak

Terdapatnya
:
Kalaverit selalu ditemukan dalam ura-urat hidrotermal temperatur rendah, tetapi juga banyak dalam endapan temperatur lebih tinggi. Ia betrasosiasi dengan silvanit


stibnit – sb2s3

Sistem kristal
:
Ortorombik

Belahan
:
Sempurna {010}

Kekerasan
:
2

Berat jenis (BJ)
:
4,63

Kilap
:
Logam berkilauan

Warna
:
Abu-abu timbal

Gores
:
Abu-abu timbal

Optik
:
Transparan, anisotrop, putih sampai abu-abu.

Terdapatnya
:
Ditemukan dalam urat-urat hidrotermal temperatur rendah atau endapan – endapan pengganti dan dalam endapan-endapan air panas. Ia berasosiasi dengan mineral antimon yang mana memiliki bentuk sebagai hasil dari dekompoisi dan dengan galena, sinabar, spalerit, barit, realgar, orpimen, dan emas.


realgar -ass

Sistem kristal
:
Monoklin

Belahan
:
Jelas {010}

Kekerasan
:
1,5-2

Berat jenis (BJ)
:
3.48

Kilap
:
Damar

Warna
:
Orange – kuning sampai merah - orange

Gores
:
Jingga sampai merah

Optik
:
Transparan bilamana segar  ; 2 V = 400; α ^ Z =110

Terdapatnya
:
Dalam urat-urat temperatur rendah berasosiasi dengan orpimen, stibnit, atau sinabar dan berbagai batu gamping dan dolomit juga batu lempung. Sebagai endapan air panas dan sublimasi volkanik.


pirargirit – agsbs2
Sistem kristal
:
Trigonal

Belahan
:
Jelas {1011}

Kekerasan
:
2,5

Berat jenis (BJ)
:
5.85

Kilap
:
Intan

Warna
:
Merah tua

Gores
:
Merah – ungu

Optik
:
Cerah, merah tua,so+

Terdapatnya
:
Banyak terdapat sebagai mineral-mineral terbentuk terakhir dalam urat-urat dengan kalsit, dolomit dan kuarsa berasosiasi dengan argentit dan perak.

4.3. HALIDA
HALIt -NaCl
Sistem kristal
:
Isometrik

Belahan
:
Sempurna {001}

Kekerasan
:
2,5

Berat jenis (BJ)
:
2,16

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Bening, kekuningan, kemerahan, biru sampai keunguan

Gores
:
Kuning sampai putih

Optik
:
-

Terdapatnya
:
Dalam sedimentasi yang tebal berubah bentuk oleh evaporit dari air laut yang tertutup lagon-lagon. Karakteristik mineral-mineral asosiasinya adalah dolomit basal, anhidrit, gipsum, polihalit.


silvit - kcl
Sistem kristal
:
Kubik

Belahan
:
Sempurna {100}

Kekerasan
:
2

Berat jenis (BJ)
:
1,9

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Bening, putih, keabu-abuan, kebiruan sampai merah

Gores
:
-

Optik
:
Transparan, isotrop

Terdapatnya
:
Sebagai dari halit tapi banyak yang tidak sama hanya pada terdapatnya dalam lapisan paling atas dari bagian garam memiliki konsentrasi  < 1,57% dari volume.


serargirit - agcl
Sistem kristal
:
Kubik

Belahan
:
Tidak ada

Kekerasan
:
2,5

Berat jenis (BJ)
:
5,55

Kilap
:
Damar

Warna
:
Bening bilamana asli, seringnya abu-abu sampai kekuningan.

Gores
:
-

Optik
:
Cerah, isotrop, n = 2,071

Terdapatnya
:
Dalam zona oksidasi dari urat-urat perak perak khususnya dalam daerah yang kering. Berasosiasi dengan perak nativ, limonit, oksida mangan dan juga malahit.


flourit – caf2

Sistem kristal
:
Kubik

Belahan
:
Sempurna {111}

Kekerasan
:
4

Berat jenis (BJ)
:
3,18

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Ungu sampai biru, hijau biru, dan hijau.

Gores
:
Putih

Optik
:
Bening sampai ungu muda, isotrop, n = 1,434

Terdapatnya
:
Sebagai mineral pengiring dalam fumarol hidrotermal akhir dari granit. Banyak sebagai sebuah urat mineral khusus dalam mesotermal urat-urat timbal perak, bilamana ia mungkin sebagai mineral gang.

4.4. oksida-hidroksida
kuprit – cu2o

Sistem kristal
:
Kubik

Belahan
:
Tidak jelas {111}

Kekerasan
:
3,5-4

Berat jenis (BJ)
:
6,14

Kilap
:
Sublogam atau intan sampai tanah

Warna
:
Merah

Gores
:
Merah kecoklatan

Optik
:
Opak, anisotrop

Terdapatnya
:
Di dala oksidasi dari urat-urat tembaga, malakit, azurit dan tanda-tanda sulfida primer.


korundum – al2o3
Sistem kristal
:
Trigonal

Belahan
:
Tidak ada

Kekerasan
:
9

Berat jenis (BJ)
:
4,0

Kilap
:
Intan sampai kaca

Warna
:
Bervariasi, abu-abu, merah, muda, kuning, hijau.

Gores
:
-

Optik
:
so 2-1f

Terdapatnya
:
Sebagai mineral pengiring di dalam syenit nefelin. Di dalam pegmatit feldspar dan di dalam kontak metamorfosa batuan serpih dan bouksit. Proses metamorfosa di dalam daerah batugamping, dan juga di dalam endapan letakan.


hematit – fe2o3
Sistem kristal
:
Trigonal

Belahan
:
Tidak ada

Kekerasan
:
5-6

Berat jenis (BJ)
:
4,9-5,26

Kilap
:
Logam

Warna
:
Abu-abu baja sampai hitam besi

Gores
:
Merah gelap sampai coklat –merah

Optik
:
Opak

Terdapatnya
:
Hematit penyebaran meluas dalam berbagai batuan dan semua umur dan bentuk, penting untuk bijih besi. Ia mungkin terjadi sebagai hasil sublimasi dalam hubungannya dengan kegiatan gunungapi. Terjadi dalam endapan–endapan metamorfosa kontak dan sebagai mineral pengiring dalam granit. Ia ditemukan dalam batupasir merah sebagai material penyemen.


ilmenit – fetio3
Sistem kristal
:
Trigonal

Belahan
:
Tidak ada

Kekerasan
:
5-6

Berat jenis (BJ)
:
4,72

Kilap
:
Logam sampai sublogam

Warna
:
Hitam besi

Gores
:
Hitam

Optik
:
Opak, anisotrop

Terdapatnya
:
Sebagai butiran dalam batuan beku basa seperti gabro dan anorthit, sebagai seri ilmenit - magnetit atau ilmenit hematit. Endapan letakan di pantai sebagai ilmenit dan titanomagetit.


spinel – mgal2o4
Sistem kristal
:
Kubik

Belahan
:
Tidak ada

Kekerasan
:
8

Berat jenis (BJ)
:
3,5-4,1

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Merah sampai biru, hijau, coklat ada bening.

Gores
:
Putih

Optik
:
Isotrop, n = 1,718

Terdapatnya
:
Terjadi sebagai mineral pengiring di dalam batuan beku basa, banyak dalam pegmatit, dalam proses metamorfosa batuan sedimen alumunium dan xenolit alumunium dalam batuan beku dan dalam kontak metamorfose di dalam batuan gamping.


krisoberil – beal2o4
Sistem kristal
:
Ortorombik

Belahan
:
Jelas {110}

Kekerasan
:
8,5

Berat jenis (BJ)
:
3,75

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Berbagai wrna hijau seperti kehijauan, kuning dan coklat kehijauan.

Gores
:
Putih

Optik
:
so +, α = 1,76, β = 1,748, γ = 1,756

Terdapatnya
:
Dalam pegmatiti granit dan aplit, juga banyak dalam dalam skiss mika


rutil – tio2
Sistem kristal
:
Tetragonal

Belahan
:
Jelas {110}

Kekerasan
:
6-6,5

Berat jenis (BJ)
:
4,23

Kilap
:
Intan

Warna
:
Coklat kemerahan, kadang-kadang kuning atau hitam

Gores
:
Coklat muda

Optik
:
So, ω = 2,612, Є = 2,899

Terdapatnya
:
Sebagi mineral pengiring dalam batuan beku plutonik, granit dalam pegmatit di urat-urat kuarsa, juga sebagai mineral pengiring dalam gneies adn skis. Dalam endapan batuan sedimen seprti batu pasir.


brokit – tio2

Sistem kristal
:
Ortorombik

Belahan
:
Tidak jelas

Kekerasan
:
5,5 – 6

Berat jenis (BJ)
:
4,14

Kilap
:
Intan

Warna
:
Coklat dan coklat merah sampai hitam

Gores
:
Putih sampai abu-abu

Optik
:
so+

Terdapatnya
:
Dalam urat-urat temperatur rendah dalam gneis dan sekis. Kadang-kadang sebagai mineral pengiring dalam batuan beku dan batuan metamorfosa.


pirolusit – mno2

Sistem kristal
:
Tetragonal

Belahan
:
Sempurna {110}

Kekerasan
:
6-6,5

Berat jenis (BJ)
:
4,75

Kilap
:
logam

Warna
:
Hitam besi

Gores
:
Hitam besi

Optik
:
Opak, anisotrop

Terdapatnya
:
Mangan terbentuk kristal halus dalam berbagai batuan. Bilamana batuan mengalami penghancuran ia mungkin diendapkan kembali sebagai variasi mineral, tetapi pirolusit sebagai utma. Endapan nodul dari pirolusit ditemukan di dasar danau dari laut dangkal.


kasiterit – sn02
Sistem kristal
:
Tetragonal

Belahan
:
Tidak sempurna {100}

Kekerasan
:
6-7

Berat jenis (BJ)
:
6,99

Kilap
:
Intan sampai sublogam

Warna
:
Coklat kemerahan sampai hitam kecoklatan, kadang-kadang merah

Gores
:
Putih

Optik
:
So+ , ω = 2006, Є = 2,097

Terdapatnya
:
Di dalam urat-urat bersama kuarsa di granit. Tetapi ia umumnya banyak ditemukan dalam hidrotermal temperatur tinggi.


uranit – uo2
Sistem kristal
:
Kubik

Belahan
:
Tidak ada

Kekerasan
:
5-6

Berat jenis (BJ)
:
8-10 kristal ;6,5-8,5 material kolloform

Kilap
:
Sublogam

Warna
:
Hitam dan hitam kecoklatan

Gores
:
Hitam kecoklatan atau hitam kehijauan

Optik
:
Opak, abu-abu terang dengan kecoklatan, isotrop.

Terdapatnya
:
Dalam granit dan pegmatit syenit biasanya sebagai kristal. Berasosiasi dengan mineral zircon, tourmalin,   monazit, mika, feldsfar. Dan urat-urat temperatur tinggi dengan kasiterit. Dalam mesotermal sebagai urat-urat sulfida dengan pirit, kalkopirit, sphalerit, dan endapan galena. Sebagai butiran halus di dalam endapan letakan.


brukit-mg (oh)2
Sistem kristal
:
Trigonal

Belahan
:
Sempurna {0001}

Kekerasan
:
2,5

Berat jenis (BJ)
:
2,39

Kilap
:
Mutiara

Warna
:
Putih sampai hijau muda atu biru abu-abu.

Gores
:
Putih

Optik
:
So+ ω = 1,560 , Є = 1,580

Terdapatnya
:
Suatu alterasi temperatur rendah. Banyak hasil alterasi dari periklas dalam batugamping dolomit termetamorfosakan.


manganit – mn o (oh)
Sistem kristal
:
Monoklin

Belahan
:
Sempurna {010}

Kekerasan
:
4

Berat jenis (BJ)
:
4,35

Kilap
:
Sublogam

Warna
:
Abu-abu gelap sampai hitam

Gores
:
Coklat kemerahan samapi hitam

Optik
:
Anisotrop, opak

Terdapatnya
:
Sebagai urat mineral dengan barit, kalsit, dan siderit pada temperatur rendah. Ditemukan berasosiasi dengan oksida mangan lainnya dalam endapan – endapan yang dibentuk oleh air meteorik.

4.5. karbonat
kalsit –caco3
Sistem kristal
:
Heksagonal

Belahan
:
Sempurna {1011}

Kekerasan
:
3

Berat jenis (BJ)
:
2,71

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Bening

Gores
:
Putih

Optik
:
So - , ω = 1,568, Є = 1,486

Terdapatnya
:
Sebagian besar terbentuk di laut, sebagai nodul dalam batuan sedimen. Urat-urat hidrotermal sebagai mineral gang, dalam berbgai batuan beku.


dolomit – camg (co3)2
Sistem kristal
:
Heksagonal

Belahan
:
Sempurna {1011}

Kekerasan
:
3,5-4

Berat jenis (BJ)
:
2,85

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Bening putih sampai krem

Gores
:
Putih

Optik
:
So - , ω = 1,680, Є = 1,500

Terdapatnya
:
Terjadi sebagai lapisan batugamping magnesium. Sebagai mineral gang dalam urat-urat hidrotermal


aragonit – caco3

Sistem kristal
:
Pseudo heksagonal

Belahan
:
Baik {010}

Kekerasan
:
3,5-4

Berat jenis (BJ)
:
2,94

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Bening, putih

Gores
:
Putih

Optik
:
α = z 1,530 , β = 1,758, γ A z 120

Terdapatnya
:
Pada temperatur rendah dari uap air panas atau rongga , terjadi dengan kalsit dan sulfur


azurit – cu3(oh)2 (co3)2
Sistem kristal
:
Monoklin

Belahan
:
Baik {100}

Kekerasan
:
3,5-4

Berat jenis (BJ)
:
3,77

Kilap
:
Kaca sampai intan

Warna
:
Biru

Gores
:
Biru

Optik
:
α = y 1,530 , β = 1,758, γ A z 120

Terdapatnya
:
Dalam oksidasi dan sepanjang urat-urat bijih tembaga  dengan malahit.

4.6. nitrat
soda nitrat - nano3
Sistem kristal
:
Trigonal

Belahan
:
Sempurna {1011}

Kekerasan
:
1,5-2

Berat jenis (BJ)
:
2,27

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Bening atau coklat keputihan

Gores
:
-

Optik
:
ω= 1,587, Є = 1,336

Terdapatnya
:
Sebagai buah impregnasi di dalam tanah dari daerah kering, sepanjang bersama gipsum, anhidrit, halit dari garam.

4.7. tungsten dan molibdat
shelit – cawo4
Sistem kristal
:
Tetragonal

Belahan
:
Baik {101}

Kekerasan
:
4,5-5

Berat jenis (BJ)
:
6,1

Kilap
:
Kaca sampai damar

Warna
:
Putih kekuningan sampai kecoklatan

Gores
:
Putih

Optik
:
So + , ω = 1,920, Є= 1,934

Terdapatnya
:
Sebagai mineral temperatur tinggi dala urat-urat kuarsa dalam granit, berasosiasi dengan wolframit, molidenit, arsenopirit, kalkopirit, apatit, turmalin, topas, mika dan dan flourit. Juga dalam kontak metamorfosa dengan batugamping bersama garnet, diopsit, vesuvianit, sphen, hornblende, dan epidot.


wolframit – (fe2 mn)wo4
Sistem kristal
:
Monoklin

Belahan
:
Sempurna {010}

Kekerasan
:
4-4,5

Berat jenis (BJ)
:
7,0-7,5

Kilap
:
Sub logam sampai damar

Warna
:
Hitam sampai coklat

Gores
:
Mendekati hitam sampai coklat

Optik
:
α = y 2,17, β=2,22, γ ^ Z170 -210

Terdapatnya
:
Sering dlam pegmatit dan urat-urat kuarsa temperatur tinggi berasosiasi dengan granit. Banyak dalam urat-urat sulfida.


4.8. posfat, arsenat dan vanadian
monasit – (ca,la, y, th) po4
Sistem kristal
:
Monoklin

Belahan
:
Tidak jelas {100}

Kekerasan
:
5-5,5

Berat jenis (BJ)
:
4,8-5,4

Kilap
:
Damar

Warna
:
Kekuningan sampai coklat kemerhan

Gores
:
Putih

Optik
:
So+, Z ۸ c =20 - 60

Terdapatnya
:
Monasit adalah mineral jarang, terjadi sebagai mineral pengiring dalam granit, gneis, aplit dan pegmatit, juga sebagai butiran dalam batupasir.


vivianit – fe3(po4)2,.8h2o
Sistem kristal
:
Monoklin

Belahan
:
Sempurna {010}

Kekerasan
:
1,5-2

Berat jenis (BJ)
:
2,58-2,68

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Bening tidak berubah, biru sdampai hijau berubah

Gores
:
Bening atau putih biru

Optik
:
So+, Z ۸ c = 290

Terdapatnya
:
Vivianit adalah mineral jarang dari pembentukan sekunder, berasosiasi dengan pirhotit dan pirit dalam ura-urat tembaga dan timah, dan sebagai bentuk pelapukan dari besi pospat, mangan primer dalam pegmatit. Juga ditemukan dalam lapisan lempung, mungkin berasosiasi dengan limonit, sering dalam rongga-rongga fosil.


ambligonit – lialfpo4
Sistem kristal
:
Triklin

Belahan
:
Sempurna {100}, baik{110},

Kekerasan
:
6

Berat jenis (BJ)
:
3,0 – 3,1

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Putih sampai hijau muda atau biru

Gores
:


Optik
:
So - , β = 1,59, γ = 1,60-1,63

Terdapatnya
:
Ambligonit adalah mineral jarang diketemukan dalam granit, pegmatit, dengan spodumen, turmalin, lepidolit dan apatit.


apatit – ca5(f,cl,oh)(po4)3
Sistem kristal
:
Heksagonal

Belahan
:
Tidak baik {0001},

Kekerasan
:
5

Berat jenis (BJ)
:
3,15-3,20

Kilap
:
Kaca-sub damar

Warna
:
Hijau sampai coklat, juga biru, violet, dan bening.

Gores
:
-

Optik
:
So -, ω = 1,633, Є = 1, 630

Terdapatnya
:
Apatit terdapat sebagai mineral pengiring dalam semua kelompok batuan beku. Juga ditemukan pada batuan sedimen dan metamorfosa.

4.9. sulfat
barit – baso4

Sistem kristal
:
Ortorombik

Belahan
:
Sempurna {001}

Kekerasan
:
3-3,5

Berat jenis (BJ)
:
4,50

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Putih atau bening

Gores
:
Putih

Optik
:
So +, α = 1,636, β = 1,639, γ = 1,648

Terdapatnya
:
Barit adalah mineral yang umum dan penyebaran yang luas. Ia selalu terjadi sebagai mineral gang dalam urat-urat hidrotermal, berasosiasi dengan bijih perak, tembaga, mangan, dan antimon. Ia juga ditemukan dalam urat-urat batu gamping dengan kalsit. Juga dalam batupasir dengan bijih tembaga.


anhidrit – caso4
Sistem kristal
:
Ortorombik

Belahan
:
Sempurna {010}, baik {001}

Kekerasan
:
3-3,5

Berat jenis (BJ)
:
2,89 – 2, 98

Kilap
:
Kaca smpai mutiara

Warna
:
Bening sampai kebiruan atau violet

Gores
:
Putih

Optik
:
So +, α = 1,570, β = 1,575, γ = 1,614

Terdapatnya
:
Dalam tubuh stratigrafi batuan pada pada bagian terbawah dari urutan evaporit. Sebagai ciri dari hasil basal dolomit dan menerus dlam lapisan garam (salt). Anhidrit banyak terjadi bersama gipsum dan sering berasosiasi dengan mineral tetapi tidak muncul.   


alunit – kal 3 (oh)6 (so)4
Sistem kristal
:
Heksagonal

Belahan
:
Sempurna {0001}

Kekerasan
:
4

Berat jenis (BJ)
:
2,6-2,8

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Putih, abu-abu atau kemerahan

Gores
:
Putih

Optik
:
So + , ω = 1,572, Є = 1,592

Terdapatnya
:
Alunit dibentuk oleh alterasi hidrotermal dari batuan volkanik asm dan menengah, oleh larutan.


gypsum – caso4.2h2o
Sistem kristal
:
Monoklin

Belahan
:
Sempurna{010}

Kekerasan
:
2

Berat jenis (BJ)
:
2,32

Kilap
:
Kaca, juga mutiara

Warna
:
Bening, putih, abu-abu.

Gores
:
Putih

Optik
:
So-, α = 1,520, β = 1,523, γ = 1,530.

Terdapatnya
:
Gipsum adalah mineral yang umum dan penyebaran luas pada batuan sedimen, sering sebagai lapisan tebal. Ia sering berasosiasi dengan endapan halit, anhidrit, dan batugamping magnesium.

4.10. borak
borak – na2b4o5(oh)4 .8h2o.
Sistem kristal
:
Monoklin

Belahan
:
Sempurna {100} baik {110}

Kekerasan
:
2-2,5

Berat jenis (BJ)
:
1,71

Kilap
:
Kaca atau tanah

Warna
:
Bening atau putih

Gores
:
-

Optik
:
So - , Z ۸ c = -560

Terdapatnya
:
Dalam endapan-endapan evaporit dari danau yang tiadk kekal dalam daerah yang kering, sepanjang dengan halit, gipsum, kalsit, trona, dan soda nitrat.

4.11. silikat
olivin – (mg, fe)2 (sio4)
Sistem kristal
:
ortorombik

Belahan
:
Tidak ada

Kekerasan
:
6,5-7

Berat jenis (BJ)
:
3,27-4,37

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Hijau kekuningan sampai hijau keabu-abuan.

Gores
:
-

Optik
:
So-, α = 1,674, β = 1,692, γ = 1,712

Terdapatnya
:
Olivin umumnya sebagai mineral pembentuk batuan dan sebagai mineral pengiring, dalam batuan basa seperti gabro, peredotit.


garnet group – a2b2 (sio4)2
Sistem kristal
:
Isometrik

Belahan
:
Buruk {110}

Kekerasan
:
6,5-7,5

Berat jenis (BJ)
:
3,5-4,3

Kilap
:
Kaca sampai damar

Warna
:
Merah, coklat, putih, hijau, hitam.

Gores
:
Putih

Optik
:
Bervariasi

Terdapatnya
:
Penyebaran mineral garnet sangat luas sekali, terjadi sebagai mineral pengiring dari batuan metamorfosa seperti skis mika dan skis hornblende dan juga gneis. Pada batuan beku seperti dike pegmatite dan granite.


zirkon – zr (sio4)
Sistem kristal
:
tetragonal

Belahan
:
Tidak jelas

Kekerasan
:
7,5

Berat jenis (BJ)
:
4,68

Kilap
:
Mika

Warna
:
Coklat, bening, abu-abu, hijau.

Gores
:


Optik
:
So +, ω = 1,923-1,960, Є = 1,968-2,015

Terdapatnya
:
Penyebaran mineral zirkon sangat luas sebagai mineral pengiring dalam kelompok semua batuan beku. Ia khususnya dalam batuan beku asam seperti granit, granodiorit, syenit dan monzonit, dan sangat banyak dalam syenit nefelin. Juga ditemukan dalam batu gamping kristalin, dalam gneis,  skis , juga dalam batupasir. 


andalusit – alalo(sio4)
Sistem kristal
:
Ortorombik

Belahan
:
Tidak ada

Kekerasan
:
7,5

Berat jenis (BJ)
:
3,16-3,20

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Merah segar, coklat kemerahan, hiaju kekuningan

Gores
:


Optik
:
So-, α = 1,632, β = 1,638, γ = 1,643

Terdapatnya
:
Andalusit umumnya terbentuk oleh proses metamorfosa dari serpih alumunium sebagai akibat metamorfosa kontak dan regional.


silimanit- alalo(sio4)
Sistem kristal
:
Ortorombik

Belahan
:
Sempurna {010}

Kekerasan
:
6-7

Berat jenis (BJ)
:
3,23

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Coklat, hijau muda dan putih

Gores
:
-

Optik
:
So+, α = 1,657, β = 1,658, γ = 1,677

Terdapatnya
:
Silimanit adalah mineral jarang dan diketemukan dalam gneis dan skis, dalam metamorfosa temperatur tinggi.


kianit - alalo(sio4)
Sistem kristal
:
Triklin

Belahan
:
Sempurna {100}

Kekerasan
:
5-7

Berat jenis (BJ)
:
3,56-3,66

Kilap
:
Kaca samSpai mutiara

Warna
:
Umumnya biru, sering berwarna gelap.

Gores
:
-

Optik
:
so-, α = 1,712, β = 1,720, γ = 1,728

Terdapatnya
:
Kianit adalah mineral pengiring dalam gneis dan skis mika, sering berasosiasi dengan garnet, staurolit dan korondum.


topas – al2(sio4)(f,oh)
Sistem kristal
:
Ortorombik

Belahan
:
Sempurna {001}

Kekerasan
:
8

Berat jenis (BJ)
:
3,4-3,6

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Bening, kuning, merah muda, kebiruan, kehijauan.

Gores
:
-

Optik
:
so-, α = 1,600-1,629, β = 1,609-1,631, γ = 1,616-1,639

Terdapatnya
:
Ditemukan dalam rongga-rongga dari lava riolit dan granit, juga dalam batupasir.


sphen – catio(sio4)
Sistem kristal
:
Monoklin

Belahan
:
Jelas {110}

Kekerasan
:
5-5,5

Berat jenis (BJ)
:
3,4-3,55

Kilap
:
Damar sampai intan

Warna
:
Abu-abu , coklat, hijau, kuning, hitam.

Gores
:
-

Optik
:
so-, α = 1,900, β = 1,907, γ = 2,034

Terdapatnya
:
Sphen terbentuk kristal-kristal kecil umumnya sebagai mineral pengiring dalam granit, granodiorit, diorit, syenit, dan syenit nefelin. Juga dalam batuan metamorfosa seperti gneis, skis klorit, dan batugamping kristalin.


epidot – ca2(al,fe)al2o(sio4)(si2o7)(oh)
Sistem kristal
:
Monoklin

Belahan
:
Sempurna {001}

Kekerasan
:
6-7

Berat jenis (BJ)
:
3.35-3,46

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Hijau gelap sampai hijau kekuningan sampai hitam

Gores
:
-

Optik
:
So -, α = 1,715-1,751, β = 1,725-1,784, γ = 1,784 -1,797

Terdapatnya
:
Epidot terjadi dalam batuan metamorfosa, hasil alterasi dari mineral feldpar, piroksen, amphibol, dan biotit. Sering berasosiasi dengan klorit. Epidot juga terbentuk selama proses metamorfosa pada batugamping yang murni dan khususnya karakteristik untuk endapan-endapan metamorfosa kontak.


beril – be3al(si6o16)
Sistem kristal
:
Heksagonal

Belahan
:
Tidak sempurna {0001}

Kekerasan
:
7,5-8

Berat jenis (BJ)
:
2,75-2,8

Kilap
:
Kaca

Warna
:
Hijau kekuningan sampai kuning terang

Gores
:
-

Optik
:
So -, ω = 1,566-1,608, Є = 1,562-1,600

Terdapatnya
:
Umumnya terjadi dalam batuan granit atau pegmatit, ia juga ditemukan dalam skis mika dan berasosiasi dengan bijih.


turmalin – (na,ca)(li,mg,al)3(al,fe,mn)6(oh)4(bo2)3(si6018)
Sistem kristal
:
Heksagonal
Belahan
:
Tidak ada
Kekerasan
:
7-7,5
Berat jenis (BJ)
:
3,0-3,25
Kilap
:
Kaca sampai damar
Warna
:
Umumnya hitam, juga coklat, biru, hijau, merah.
Gores
:
-
Optik
:
So -, ω = 1,635-1,675, Є = 1,610-1,650
Terdapatnya
:
Paling umum dan karakteristik untuk turmalin dalam pegmatit granit dan batuan  menengah. Juga ditemukan dalam batuan metamorfosa yaitu gneis dan skis.